KedaiPena.Com – Kenaikan harga yang tiba-tiba menghampiri rakyat Indonesia, seperti sengatan listrik dan kado pahit untuk masyarakat Indonesia dalam mengawali tahun 2017.
Drama politik mengawali kisah kenaikan Tarif Dasar Listrik, BBM, STNK, BPKB, bahkan harga cabai. Saling lempar tanggung jawab di pemerintahan mewarnai blantika media, yang menandakan lemahnya koordinasi.
Atau mungkin memang kebijakan ini titipan antek neolib. Belum  lagi tenaga kerja asing yang memperberat kaum pribumi untuk mendapatkan lapangan kerja yang layak dan terancam menganggur.Â
“Isu kerakyatan ini menjadi bola panas yang digulirkan kepada rakyat. Pemerintah dinilai main-main dalam mengelola negara padahal Indonesia bukan mainan,” ujar Bagus Tito Wibisono, Koordinator BEM SI dalam keterangan yang diterima KedaiPena.Com, ditulis Rabu (11/1).Â
Lekat dalam ingatan aksi mahasiswa BEM SI 20 Oktober 2016 lalu, kurang lebih 5000 massa mendatangi istana untuk bersilahturahim dengan Presiden RI Joko Widodo namun di tolak. Hal ini menjadi tonggak gerakan mahasiswa untuk lebih militan dalam pergerakan karena saat ini isu kerakyatan menjadi bola panas yang digulirkan.Â
Genderang perlawanan sudah dikobarkan atas nama penderitaan rakyat, sejatinya mahasiswa bergerak untuk melawan tirani dari sang penguasa.Â
“Mahasiswa dan rakyat sudah bergejolak, jika tidak ada itikad baik Pemerintah mensejahterakan rakyat maka kami mahasiswa dari Sabang sampai Merauke akan berjuang melalui parlemen jalanan,” tambah Bagus yang juga Ketua BEM UNJ ini seraya mengatakan, sudah saatnya Presiden harus melihat ini sebagai isu yang holistik bagi  rakyat Indonesia.
Bila Presiden lupa dengan kekuatan mahasiswa, sambung dia, maka BEM Seluruh Indonesia akan menyatukan kekuatan melalui parlemen jalanan. “Jangan salahkan bila reformasi jilid II meledak,” tutup Bagus.
Laporan: Muhammad Hafidh
Foto: Istimewa