KedaiPena.Com – Pemerintah mengklaim berhasil menjaga inflasi tetap rendah. Namun di sisi lain, saat inflasi rendah, kerap muncul isu terjadi kenaikan harga. Kenaikan harga menjadi hal yang tak bisa dihindarkan di tengah nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi.
Berdasarkan kalkulasi Aprindo (Asosiasi Pedagang Retail Indonesia), depresiasi rupiah saat ini akan memicu rata-rata kenaikan harga produk sebesar 5%. Sementara itu, hasil kajian Indef menyatakan bahwa 1% depresiasi rupiah, berpengaruh sampai 3% biaya pokok produksi dalam sektor retail.
Anggota Komisi XI DPR RI yang membidangi keuangan dan perbankan, Heri Gunawan mengatakan, artinya ketika saat ini nilai tukar rupiah terdepresiasi 12% (sejak awal tahun 2018), maka bisa mempengaruhi 36% biaya produksi sektor retail.
“Perkiraan barang-barang yang akan mengalami kenaikan harga di triwulan ke-4, yang karena bahan bakunya masih diimpor, antara lain beras, gula pasir, daging sapi, mentega dan susu, kosmetik, obat, handphone dan lektronik,” kata Heri, Senin (8/10/2018).
Menurutnya, terjadinya gap antara inflasi dan kenaikan harga barang, juga tidak bisa dilepaskan dari metode yang digunakan. Untuk inflasi, memang pemerintah hanya mengambil sampel harga-harga komoditas tertentu (umumnya sembako, dan kebutuhan dasar).
Politisi Partai Gerindra ini menambahkan, problemnya saat ini kebutuhan masyarakat sudah sangat bervariasi jenis barang dan jasanya. Bisa jadi banyak barang kebutuhan masyarakat saat ini yang tidak tercover sebagai sampling penghitungan inflasi.
“Di situlah juga letak salah satu problemnya. Kita menyarankan pemerintah mulai harus menggunakan big data untuk mengukur inflasi, bekerjasama dengan jaringan ritel dan produsen barang/jasa untuk memonitor pergerakan harga menggunakan sistem IT. Sehingga pengukurannya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya. Pemerintah yang pelopor dan Pemerintah yang membuka jalan, Pemerintah yang berpihak dan Pemerintah yang memberdayakan. Jika tidak, maka angka inflasi sulit mencerminkan kondisi yang sebenarnya,” paparnya.
Laporan: Muhammad Hafidh