KedaiPena.com – Pemerintah dinyatakan hanya menggaungkan Resesi Ekonomi Global tanpa memberikan paparan langkah untuk mengantisipasi hal tersebut. Berbagai pernyataan dari pejabat pemerintah sama sekali tak memberikan kabar baik bagi masyarakat maupun pelaku usaha.
Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat menyatakan masyarakat dan kalangan ekonomi menunggu langkah antisipasi darie pemerintah.
“Tapi narasi yang dibangun hanya narasi-narasi yang menegaskan bahwa prediksi resesi 2023 benar-benar akan datang,” kata Achmad Nur, Senin (14/11/2022).
Misalnya, pernyataan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pada 10 November lalu, uange diaminkan oleh Menkeu Sri Mulyani, yang menyatakan tak setuju dengan narasi yang mengatakan ekonomi global baik-baik saja. Pandangannya berpacu pada kondisi sejumlah negara yang terjebak oleh IMF. Sementara untuk Indonesia sendiri, 2023 merupakan tahun politik menjelang pemilu serentak di 2024.
“Namun, dalam narasi Bahlil, tak tergambar rencana antisipasi yang akan diambil oleh pemerintah untuk menghadapi resesi global,” ungkapnya.
Tiga strategi yang disampaikan Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, yakni pemberdayaan ekonomi domestik, pengendalian inflasi, dan perbaikan iklim investasi, pun belum menjawab persoalan dasar dari ancaman resesi 2023, terutama pengendalian inflasi sektor pangan, tanpa membahas pengendalian krisis energi.
“Khusus tentang pangan, jika melihat data statistik yang menyusun pertumbuhan ekonomi 5,72 persen, terkait pertanian yang hanya menyumbang 1,65 persen. Sementara sektor pertanian ini yang paling banyak menyerap tenaga kerja sekitar 29,96 persen dari total 135,61 juta penduduk bekerja. Dengan melihat angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi pangan akan semakin sulit di masa resesi yang akan datang,” ungkapnya lagi.
Apalagi kondisi nilai rupiah yang lemah tentunya membuat harga pupuk impor akan semakin mahal saat daya beli petani (khususnya) semakin melemah.
Selain dua nama sebelumnya, Achmad juga menyinggung pernyataan perwakilan Menteri Keuangan, yakni Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo, yang mengatakan bahwa pemerintah sudah mengantisipasi dengan prediksi yang baik dan diharapkan pemerintah bisa terus menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Adapun antisipasi itu mencakup reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM), pembangunan infrastruktur kesehatan dan digital, revitalisasi industri dan ekonomi hijau, serta peningkatan pendapatan negara dan spending better.
“Apa yang disampaikan Prastowo bukanlah hal yang baru, karena Presiden Jokowi sendiri sudah pernah menyampaikan hal yang serupa terkait dengan reformasi subsidi BBM yang akan dialihkan untuk hal yang lebih produktif,” kata Achmad Nur tegas.
Ia menegaskan bahwa pernyataan tersebut bukan kabar yang baik bagi publik.
“Karena jika BBM mahal maka resesi yang akan datang akan sangat berat untuk dihadapi. Termasuk statement lainnya yang belum secara jelas seperti apa upaya konkret yang akan dikerjakan,” tuturnya.
Dari sejumlah narasi tersebut, Achmad belum melihat adanya rencana konkret yang komprehensif dan matang untuk menghadapi resesi global yang akan datang.
“Hanya rencana-rencana usang yang sering yang disampaikan setiap tahunnya. Publik butuh kebaruan program yang disusun secara komprehensif dan disampaikan ke publik sehingga membuat publik lebih optimis,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa