KedaiPena.Com – Pengembangan kepariwisataan di Sumut dinilai masih minim dari perhatian pemerintah. Demikian ungkap anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDIP, Sutrisno Pangaribuan yang juga masuk dalam Tim Pansus Pariwisata di DPRD Sumut, Selasa (8/8).
“Sejauh ini, saya belum melihat ada pengembangan wisata disini. Sehingga objek pariwisata yang menjadi andalan kita masih itu ke itu saja,†ujar Sutrisno.
Ia pun mencontohkan obyek wisata yang sangat dikenal di Sumatera Utara selama ini yakni Danau Toba. Dimana katanya, sepanjang masyarakat yang ada disekitar Danau Toba itu tidak di didik cara membuang limbah rumah tangganya ke Danau Toba, maka hal itu akan terus terjadi terus-menerus di masyarakat.
“Siapa bilang kita gak bisa mendidik masyarakat berbuat lebih baik terhadap lingkungan itu. Sebab, meunculnya enceng gondok itu karena disebabkan oleh limbah rumah tangga mereka, bukan hanya dari limbah pellet saja,†jelasnya.
Persoalan hari ini, sambungnya, pemerintah pusat sangat memperhatikan perkembangan wisata di Danau Toba. Dan dirinya pun menyambut baik apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah pusat.
“Hanya saja yang saya lihat, pemerintah masih dominan untuk membangun infrastruktur disana. Sementara di sisi lain, mentalitas masyarakat didaerah itu belum dilakukan,†singgungnya.
Sebagaimana diketahui, pembahasan Tim Pansus Pariwisata di DPRD Sumut saat ini lebih kepada penanganan infrastruktur atau fasilitasi pariwisata yang ada di tingkat Pemprovsu dan belum kepada keterlibatan Kabupaten/Kota.
Oleh karenanya, menurut Sutrisno seharusnya Pemprovsu tidak hanya terfokus pada obyek wisata yang ada, namun lebih dituntut untuk berkreasi pada hal baru dan gampang diterima siapapun.
Ia memisalkan seperti membangun perkampungan tanpa air conditioner dengan nuansa lingkungan yang lebih hidup, dimana hal itu menurutnya bisa dilakukan di Phak-pak Bharat.
“Dengan Kampung itu akan terbalas 7 jam perjalanan (dari Kota Medan) terhadap lokasi wisata baru yang ditawarkan itu,â€ujarnya sembari mengatakan bahwa di Bali hal itu sudah dilakukan pada sebuah desa yang ada disana.
Lebih jauh dikatakannya, meski secara positif ada gerakan dari pemerintah yang melakukan renovasi pada sejumlah bangunan bersejarah, akan tetapi hal tersebut hanya sekedar renovasi yang dilakukan dan tidak didukung dengan adanya mentalitas masyarakat untuk bisa menjadikan bangunan itu lebih baik.
“Seperti Istana yang ada di (Kabupaten) Batubara. Orang berpikir itu sudah direhab, cuma karena mentalitasnya gak berubah, jadinya bangunan (istana) itu hanya terkesan sekedar di permak saja. Artinya, dalam pengembangan wisata Sumatera Utara ini, saya harap Pemprovsu bisa lebih serius mengerjakannya. Kalau perlu, libatkan media dalam pengembangannya atau melibatkan tim untuk sebuah media sosial untuk mempublikasikan titik-titik lokasi wisata. Sehingga kedepannya dapat dikembangkan lebih baik lagi,†tandas Sutrisno.
Laporan: Iam