KedaiPena.Com – Anggota Komisi XI DPR RI Ecky Awal Mucharam berharap agar tim ekonomi di kabinet Indonesia maju dapat merespon cepat kejengkelan Presiden Jokowi lantaran Indonesia selalu mengalami defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan akibat kebijakan impor.
“Harusnya pemerintah memaksa agar impor turun lebih tinggi, agar surplus neraca dagang (bulanan) bisa tercapai,” tutur Ecky kepada wartawan, Kamis, (19/12/2019).
Ecky enjelaskan dampak lanjutan dari kegagalan mencetak surplus perdagangan sendiri terlihat dari beberapa hal seperti tingginya defisit neraca transaksi berjalan hingga kerentanan terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS.
“Defisit neraca transaksi berjalan mencapai US$22,5 miliar sepanjang Januari-September 2019, ini naik dari US$21,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Data-data tersebut mencerminkan bahwa pemerintah gagal memperbaiki kinerja neraca dagang sepanjang tahun 2019.” kata Ecky.
Politikus PKS ini juga menyindir wacana pemerintah yang telah menyiapkan beberapa program di 2020 untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan perlu dipertanyakan,
“Karena pada pertengahan 2019 juga pemerintah pernah mengungkapkan tengah menjalankan jurus-jurus atasi defisit, tapi hasilnya zero,” ungkap Ecky.
Anggota Legislatif dari Dapil Jabar III ini menuturkan pemerintah tidak bisa terus-terusan menyalahkan perang dagang AS-Cina sebagai ‘biang keladi’ penurunan kinerja neraca dagang.”
“Ini kan bukan baru saja terjadi, sudah sejak dulu. Tetapi, pemerintah gagal mencari celah untuk menyiasati penurunan nilai ekspor Indonesia. Kalau negara lain bisa, kenapa kita tidak bisa,” pungkas dia.
Sebelumnya, dalam Pembukaan Musrenbangnas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Presiden Jokowi jengkel lantaran Indonesia neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami defisit. Kondisi tersebut disebabkan Indonesia yang doyan impor.
Dirinya mengungkapkan bahwa ada oknum yang mengambil keuntungan dari impor, khususnya minyak dan gas. Bahkan oknum tersebut sampai menghalangi Indonesia mandiri di sektor migas. Komoditas tersebut merupakan biang kerok defisit, baik neraca dagang maupun transaksi berjalan.
Laporan : Muhammad Hafidh