Artikel ini ditulis oleh Hendrajit, Pemerhati Geopolitik.
Pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDIP diduga akan mengubah konstelasi koalisi yang selama ini berporoskan pada Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Raya dan Koalisi Indonesia Bersatu.
Dalam hal Koalisi Perubahan yang hingga kini mengusung Anies Baswedan sebagai capres, tak ayal akan mulai menyusun ulang desain politiknya.
Apakah lebih menguntungkan tetap ‘all out head to head’ dengan Ganjar atau mending kompromi saja dengan ajuan ‘power sharing’ posisi kabinet.
Meski Koalisi Perubahan sebagaimana umumnya partai-partai lainnya berwatak pragmatis, sebenarnya lebih senang ‘power sharing’.
Tapi dalam kenyataannya, Mega tidak pernah mau ‘power sharing’ kecuali menurut perhitungan dan kalkulasi politiknya sendiri.
Lantas, mungkinkah duet Ganjar-Anies terjadi? Sejauh penglihatan saya sulit dan tak ada celah menuju konfigurasi tersebut. Bukan pada sosok Anies tapi mengingat rapuhnya koalisi Nasdem, PKS dan Demokrat.
Lalu apa kabar kemudian dengan Koalisi Indonesia Bersatu? Meski masih samar, ada kecenderungan kuat KIB untuk menyandingkan Ganjar dan Erick Thohir.
Namun kasus timnas Israel yang mendorong Ganjar dan Wayan Koster menentang ikut sertanya timnas Israel pada Piala Dunia U-20, juga membuat konstelasi di kubu KIB berantakan.
Merekrut Erick bersama Ganjar akan menimbulkan resistensi ideologis justru di kekuatan akar rumput pendukung Ganjar sendiri.
Lagipula menurut saya selama ini toh yang ‘chemistry’ dengan Erick itu Jokowi, bukan Mega. Erick itu paketannya Jokowi.
Koalisi Gerindra dan PKB saya kira tetap berlanjut terlepas Prabowo tetap nyapres atau ‘last minutes’ mundur dari pencalonan. Mungkinkah Prabowo mundur dari pencalonan? Sangat mungkin mengingat rekam jejak keputusannya yang mengejutkan untuk bergabung dengan Jokowi pada 2019.
Pertanyaan pentingnya, kalau Prabowo mundur, berarti ada ‘trade off’ atau ‘quit pro quo’. Mungkinkah Sandiaga Uno diajukan Prabowo ke dalam duet Ganjar-Sandiaga?
Kalau iya, menarik adanya langkah tiba tiba Sandiaga mendekat ke PPP. Ini sebuah kemungkinan yang menarik. Sebab Erick dan Sandiaga merupakan mitra bisnis dan kawan dekat sejak sama-sama sekolah di Amerika. Jadi ada kepentingan bisnis yang bersinggungan.
Jadi kalaupun kepentingan grup Mahaka dan Adaro harus diakomodir, Mega rasanya lebih bisa sreg dengan sosok Sandiaga, yang tidak kontroversial seperti Erick. Selain tetap menjaga kekompakan koalisi PDIP dan Gerindra.
Jika ini terjadi, otomatis jejaring NU yang berporoskan PKB pimpinan Muhaimin Iskandar akan tetap mendukung karena terikat oleh komitmen Gerindra-PKB. Sebab lewat PKB-lah jejaring para kiai akar rumput bertumpu.
Tapi ya itu tadi. Ini baru prakiraan. Kemungkinan kombinasi lain adalah Ganjar-Mahfud MD. Ini akan jadi kombinasi paling ideal mengingat latarbelakang Mahfud yang beragam.
Geneologi keluarga besar NU. Alumni HMI yang tentunya punya dukungan di KAHMI. Dan alumni UII Yogya yang tak boleh disepelekan.
Namun kendalanya ada elemen atau faksi di PDIP yang keberatan. Namun dinamika politik ke depan bisa saja memberi angin buat Mahfud.
[***]