DI tahun 1938, Nikolai Bukharin memberikan surat yang ditujukan kepada penguasa Uni Soviet, Josef Stalin sesaat sebelum dieksekusi.
Isi surat itu hanya sebuah pertanyaan kepada Stalin yang juga teman seperjuangan, “Mengapa engkau menginginkan kematianku?”.
Surat itu disampaikan langsung orang kepercayaannya, Lavrenti Beria dan dibaca tanpa ekspresi oleh Stalin.
Ceritera itu dikisahkan kembali oleh Svetlana, putri sang diktator dalam film “Stalin”.
Stalin selain seorang komunis, adalah orang yang tidak pernah percaya pada orang lain bahkan kepada istrinya sendiri.
Di era kejayaannya, mungkin ia seorang politisi yang menganut paham politik ‘my closest enemy is my friend close to me’.
Paham yang menganggap teman di lingkungan dekatnyalah yang akan mengancam kekuasaannya.
Entahlah, mungkin teman dekat dianggap berbahaya karena terlalu banyak tahu?
Bukharin adalah satu dari sekian banyak teman seperjuangan Stalin yang dieksekusi mati.
Teman-teman seperjuangan lain juga dieksekusi sang diktator justeru saat Komunisme sedang berjaya di tahun-tahun itu.
Nasib kawan-kawan seperjuangan Stalin langsung kelam setelah diberi ‘cap’ melakukan permufakatan jahat alias konspirasi oleh pembisik Stalin.
Sebut saja Zinoviev, Kamenev, Sergei Kirov, Sergo dan banyak lainnya
Memang menarik, karena ketidakpercayaan ia mempunyai kebiasaan aneh cenderung kejam.
Ia selalu menugaskan seseorang untuk mengawasi anak-buahnya. Tujuannya, memastikan tidak ada konspirasi menjatuhkannya.
Yang lebih menarik, sang pembisik pun ternyata diawasi oleh pembisik yang lain.
Yagoda sang pembisik Stalin yang dikenal kejam, akhirnya digeser juga oleh Yezhov, dan Yezhov akhirnya juga disingkirkan oleh Beria.
Ternyata, perasaan tidak percaya seorang penguasa terhadap anak buahnya bukan hanya terjadi di Uni Soviet.
Di negara-negara barat yang lebih demokratis, pemegang tampuk kekuasaan menggunakan media massa, LSM bahkan orang-orang di luar struktur untuk mengawasi anak buah.
Oleh Sonny Harlan, Institut Paradigma