KedaiPena.Com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menyatakan ada tiga daerah di Kota Tangsel yang berpotensi mengalami pengurangan sedimen air dalam bumi. Hal ini, disebabkan tingginya penggunaan lahan dan pemanfaatan air tanah.
Hal tersebut disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Mitigasi Bencana pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan Esa Nugraha.
Esa Nugraha mengatakan tiga wilayah sangat tinggi dalam pemanfaatan air tanah. Hal itu dibuktikan dengan tingginya penggunaan lahan pada Kecamatan Pondok Aren, Serpong dan Serpong Utara.
Tingginya penggunaan lahan dan pemanfaatan air tanah, kata Esa Nugraha, membuat daerah tersebut berpotensi berkurangnya sedimen air dalam bumi. Sehingga, tiga wilayah itu sangat rawan terhadap rumah roboh, longsor serta gempa bumi.
“Kalau untuk daerah mana yang perlu diantisipasi berkaitan dengan penggunaan air tanah kita belum ada datanya ya. Tapi kaitan pengelolaan pemanfaatan lahan ya kita sudah ada datanya khususnya Serpong, Pondok Aren sama Serpong Utara. Iya kalau memang ada data yang valid kaitan dengan penggunaan air tanah yang berlebihan, memang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, yang jelas jelas sudah di atas 60 persen,” ungkapnya, Jumat, (22/10/2021).
Esa menambahkan, tingginya Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) sangat berkaitan dengan pemanfaatan air tanah.
“KDB itu kalau pemanfaatan lahan sudah sangat tinggi gitu, bukan pola penggunaan air tanah ya, tetapi itu soal pemanfaatan lahan. Iya kemungkinan besar kaya gitu (sangat berkaitan). Wilayah-wilayah itu yang perlu diantisipasi. Artinya pemanfaatan lahan yang cukup tinggi, juga berpotensi penggunaan air tanah juga cukup tinggi. Yang membuat sedimen air tanah berkurang, dan itu akan merubah kontur tanah,” jelasnya.
Namun demikian, tegas Esa, saat ini BPBD Kota Tangsel belum memiliki data valid soal penggunaan air tanah di tiga wilayah tersebut.
“Kalau kaitan penggunaan air tanah tinggi ya potensi bencana yang cukup tinggi ya sesuai analisa bencana kita, ya tentunya gempa. Kalau air berkurang, kontur tanah berubah, ya bisa roboh ya bangunannya, tapi soal potensinya belum ada hasil analisa kita kesana ya. Pola penggunaan pemanfaatan lahan tinggi ya rawan roboh. Akibat pola penggunaan lahan yang cukup padat kemudian bangunan tidak ada lagi horizontal, kebanyakan vertikal (apartemen), maka itu dampaknya ya itu (rawan roboh),” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan