KedaiPena.Com – Peluncuran tagline Pariwisata “Nias Pesona Pulau Impian†yang dihelat Kementrian Pariwisata bersama pemerintah daerah dan sejumlah tokoh masyarakat Nias di perantauan, Kamis (2/6) kemarin di Jakarta, menuai kritik dari kalangan masyarakat khususnya yang berdomisili di kepulauan sebelah barat Provinsi Sumut itu.
Kritik itu datang dari Ketua Otawa Institute Lutherman Harefa yang menyebut, launching tersebut bukan pada waktu yang tepat. Pasalnya, daerah itu masih berada dalam krisis kelistrikan yang berlarut-larut.
“Launching itu cukup patut diapresiasi. Sayangnya, di waktu bersamaan, cukup kontrakdiktif, sejak beberapa bulan terakhir, Kepulauan Nias dilanda krisis energi kelistrikan akibat salah urus yang kita semua sudah tahu permasalahannya. Krisis kelistrikan yang mendera masyarakat Kepulauan Nias mengakibatkan terganggunya aktifitas masyarakat antara lain kegiatan rumah tangga, pendidikan, industri, jasa, perdagangan, pelayanan publik, dan lain sebagainya. Tidak tanggung-tanggung, sebagai studi kasus dalam satu minggu terakhir listrik PLN padam 12 jam per hari di seluruh Kepulauan Nias,†ungkap Lutherman kepada KedaiPena.Com, Sabtu (4/5).
Lutherman yang juga menjabat sebagai fungsionaris KNPI Gunung Sitoli itu menambahkan, akibat krisis kelistrikan itu, berbagai cacian dan makian, luapan emosi dan amarah dilontarkan oleh masyarakat. Baik secara langsung dengan berdemonstrasi, maupun melalui media sosial. Harapan untuk perbaikan infrastruktur kelistrikan di Kepulauan Nias digantungkan kepada para stake holder terkait, PLN, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.
“Launcing itu merupakan satu hal yang kontra produktif dengan kondisi realitas kekinian. Bahkan cenderung “mencederai†rasa keadilan masyarakat Kepulauan Nias. Di tengah asa untuk mendapatkan solusi krisis kelistrikan, launcing tagline “Pulau Impian†seperti memperolok-olok kondisi Nias saat ini, menohok, dan melukai ke dalam hati sanubari masyarakat Nias.,†tukas Lutherman.
Lebih jauh Lutherman menuturkan, krisis kelistrikan yang terjadi di Kepulauan Nias tentu tidak berdampak langsung bagi masyarakat Nias di luar kepulauan. Itu juga yang menjadi alasan, mengapa launcing tagline “Pulau Impian†bagi sebagian orang hanya dipandang dari aspek sebagai momentum kebangkitan Nias.
“Namun sayangnya, bagi masyarakat, event ini bukanlah langkah kongkrit bagi permasalahan masyarakat saat ini. Yang dibutuhkan tentunya kepekaan berbagai stake holder atas kondisi realitas rakyat, tahu apa kebutuhan rakyat, mengerti apa penderitaan rakyat. Masyarakat Nias tetap menggantungkan harapan kepada para pemimpin negeri ini, agar krisis kelistrikan di Kepulauan Nias dapat segera teratasi, sehingga tagline Pulau Impian tidak hanya sekedar mimpi belaka,†pungkas Lutherman.
(Dom)