KedaiPena.Com – PT Pelindo IV (Persero) mendukung pembangunan konektivitas laut di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan implementasi ‘direct call’ dan ‘direct export’ ke luar negeri. Langkah ini dilakukan lewat kerjasama dengan perusahaan pelayaran internasional asal Hongkong, SITC.
‘Direct call’ dan ‘direct export’ memang intens dilakukan Perseroan, melalui beberapa pelabuhan besar di KTI. Pelabuhan dimaksud di antaranya Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Balikpapan dan Pelabuhan Jayapura.
“‘Direct call’ dan ‘direct export’ langsung manfaatnya banyak. Kedua kegiatan itu harus ada di Indonesia Timur karena selama ini selalu terpusat di Jakarta dan Surabaya. Sehingga perekonomian daerah di Indonesia Timur bisa meningkat hingga memberi kesejahteraan bagi masyarakat luas,” kata Direktur Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan PT Pelindo IV, Farid Padang.
Farid mencontohkan, Maluku yang merupakan lumbung ikan. Sebanyak 30 persen ikan yang diekspor Indonesia berasal dari wilayah tersebut. Namun kekayaan laut Maluku tidak bisa berkontribusi maksimal terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal itu karena ikan yang diambil dari laut Maluku dibawa terlebih dulu ke Surabaya atau Jakarta, barulah kemudian masuk ke pasar ekspor.
“Jadi pajak ekspor tidak didapat oleh Pemda Maluku, melainkan oleh Pemda dimana proses eskpor dilakukan. Nah untuk itu, BUMN hadir berperan membantu Pemerintah mewujudkan pemerataan,” ungkap dia.
Jika berkaca pada hasil implementasi ‘International Direct Call’ di Makassar, Pelindo IV terbukti mampu mengurangi waktu ekspor ke Cina menjadi hanya 16 hari dari semula 24 hari. Demikian pula ekspor ke Jepang turun menjadi 18 hari dari semula 28 hari. Sementara ke Korea menjadi 17 hari dari semula 26 hari.
Efisiensi waktu yang signifikan tersebut didapat karena dengan ‘direct call’, tidak ada lagi proses ‘dwelling time’ yang biasanya memakan waktu 5 hingga 9 hari.
Bahkan biaya per kontainer pun berkurang drastis, dari semula mencapai Rp 4.095.600 per kontainer menjadi hanya Rp 792.000 per kontainer.
Hal serupa terjadi untuk direct call di Balikpapan. Lama waktu ekspor ke Shanghai, China terpangkas menjadi 9 hari dari semula mencapai 25 hingga 30 hari. Biaya logistik pun bisa hemat sekitar US$300 hingga US$500 per kontainer.
“Daya saing produk pun akan meningkat, misalnya seperti ikan beku jauh lebih segar bila lewat jalur ‘direct call’ karena waktunya lebih singkat. Sehingga sampai di Negara tujuan kualitas ikan masih bagus, harga pun tinggi. Tentunya ini akan memberikan ‘multiplier effect’ bagi Kawan Timur Indonesia (KTI),” kata Farid.
Laporan: Muhammad Hafidh