Ditulis oleh: Hasanuddin, Koordinator Siaga 98
MEKANISME pasar pada dasarnya jahat. Sebab, ini adalah basis fundamental mengapa perdagangan diatur, dan pengaturannya dilakukan oleh suatu kementerian khusus Kementerian Perdagangan pimpinan M Lutfi saat ini membantu presiden menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam mekanisme pasar terdapat dua pihak yang bertransaksi produsen dan konsumen untuk menyepakati harga dan kuantitas. Produsen menetapkan harga berbasis keuntungan, sementara konsumen berbasis kebutuhan.
Jika mekanisme pasar ini dibiarkan, maka produsen akan menarik keuntungan sebesar mungkin, sampai batas dimana mekanisme pasar menggali kuburannya sendiri. Pasar yang monopolistik dan kapitalistik bukan lagi mekanisme pasar, namun mekanisme oligopolistik dalam perekonomian.
Oleh sebab itulah, negara diperlukan hadir untuk mengatur mekanisme pasar agar tidak masuk pada perangkap mekanisme pasar yang pada dasarnya jahat. Sebab, keserakahan produsen menarik keuntungan secara tak terbatas.
Oleh sebab itu, pemerintahan negara membentuk kementerian khusus mengatur perdagangan, yang sejatinya mengatur produsen untuk kepentingan konsumen mendapatkan kebutuhannya dalam batas jangkauannya, baik dari sisi kuantitas maupun harga.
Dalam minyak goreng , dan/atau pelaranga ekspor cpo jelas sekali dimana posisi Presiden Jokowi. Yaitu: pada ketersediaan dan harga minyak goreng bertujuan untuk Melindungi Konsumen, dan melalui keputusan pelarangan ekspor CPO tujuannya jelas.
Memberikan sinyal kepada kementerian perdagangan beserta gerombolannya berhentilah bermain bersama produsen. Presiden mengambil alih tugas Kementerian Perdagangan dengan mengumumkan Pelarangan Ekspor CPO.
Sulitnya menjadi Jokowi di tengah dikelilingi pembantu-pembantu bermental produsen, dan beberapa teoritisi ekonomi pasar bebas*berbasis produsen pada dasarnya baik!
Tanggal 28 sudah terlewati, kini masuk pada hari kedua, ada beragam pendapat dan argumen diajukan dengan mens rea produsen
Diantaranya; penerimaan negara berpotensi turun, potensi defisit neraca transaksi kuartal II-2022, terpengaruhnya nilai tukar rupiah atas dollar, gagalnya pemulihan ekonomi, Indonesia jadi sorotan dunia, harus ada kejelasan batas waktu pelarangan ekspor dan Indonesia rawan di gugat di WTO.
Beruntungnya, wacana ini tak menjadi fokus konsumen. Hari ini, berjuta konsumen meski dalam kondisi sulit akibat Pandemi COVID-19 sedang berjibaku untuk pulang kampung memenuhi kerinduan berkumpul keluarga besar, antri dijalan, sabar dengan kemacetan, bahkan ada yang menempuh ratusan kilometer dengan bersepeda dan ada yang berjalan kaki untuk berkumpul di hari raya Idul Fitri; tetap bersemangat !
Berbeda dengan para produsen cpo/minyak goreng dan bapak menteri dan gerombolannya, mungkin saat ini sedang duduk dengan kalkulator ditangan, berapa nilai keuntungan yang tak didapat akibat keputusan Jokowi yang pro konsumen
Semoga ini lonceng kembalinya Nawacita di senjakalanya
(***)