KedaiPena.com – Walaupun belum banyak dipromosikan, pelaku usaha wisata petualangan gunung optimis pengembangan wisata gunung akan mengalami peningkatan signifikan, selaras dengan perubahan perilaku wisatawan.
Managing Director Karash Adventure, Vicky Gosal menyatakan bisnis wisata petualangan bukanlah bisnis yang kecil.
“Dari pariwisata Indonesia, 35 persennya berkaitan dengan alam. Dan dari pariwisata alam itu, 20 persennya adalah wisata petualangan,” kata Vicky dalam acara Indonesia Mountain Tourism Conference 2023 di Santika Premiere Hayam Wuruk Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Ia juga menyampaikan telah terjadi peningkatan dari jumlah wisatawan mancanegara yang mengikuti wisata petualangan, yakni dari 687.539 pada tahun 2015 menjadi 1.921.102 pada tahun 2019.
“Dan jika dikatakan pandemi menurunkan angka wisatawan petualangan, memang benar. Tapi kami kembali dengan cepat,” ucapnya.
Vicky menyatakan pada tahun 2021, pelaku industri wisata petualangan berada pada posisi struggle, dengan mengadaptasi kondisi pandemi, mengeluarkan program virtual trip, peningkatan soft skill dan mengadakan pelatihan-pelatihan.
“Memasuki 2022, pelaku industri wisata petualangan memulai fase survive, karena walaupun pandemi belum berakhir, tapi minat pada wisata gunung mulai booming. Kami mulai mengeluarkan program short trip, yang mengadaptasi pertimbangan anggaran para wisatawan. Kami juga melakukan penyesuaian model bisnis dan melakukan pengembangan produk,” ucapnya lagi.
Pada tahun 2023, lanjutnya, yang terjadi adalah peningkatan yang cepat di wisata gunung.
“Ini terlihat dari kuota pendakian yang selalu habis di dua atau tiga hari sebelum pendakian. Dan selain gunung-gunung yang dulu sudah menjadi langganan para pendaki, setelah pandemi, bermunculan gunung-gunung baru seperti Gunung Kencana di Rawa Gede Cisarua, Gunung Bismo di Sikunang Wonosobo, atau Gunung Lemongan di Klakah Probolinggo,” kata Vicky.
Dari hal itu, Vicky menyatakan, ada peluang baru untuk di eksplore dari wisata gunung, yakni paket perjalanan pendek dengan suasana dramatik.
“Jadi tinggal para pelaku industri saja, untuk bisa memenuhi kebutuhan klien atau wisatawan. Apa yang mereka mau? Keamanan, camp yang nyaman, meals plan, pemandu yang kompeten, ada aspek pembelajaran, dan anggota perjalanan,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa