KedaiPena.Com – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak semua pihak untuk membangun sebuah kesadaran kolektif akan pentingnya daya tahan bangsa atau national resiliency.
Hal tersebut disampaikan oleh AHY saat menyampaikan pidato kebangsaan dalam peringatan 50 tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.
“Pelajaran berharga dari krisis pandemi yang melanda Indonesia adalah dibutuhkan kebersamaan dan persatuan (solidarity and unity) antar anak bangsa, dalam menghadapi krisis besar hari ini,” kata AHY dalam pidatonya.
Dalam berbagai kesempatan, AHY mengaku, sering menggelorakan tagline Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit atau Together We Are Strong, United We Rise.
Dalam satu paket yang sama, tegas Putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini, kebersamaan dan persatuan menjadi ingredien dan komponen penting utama dari daya tahan bangsa.
“Saya bukan dokter atau ahli pandemi, tapi dari hampir semua referensi medis yang tersedia, menyatakan bahwa daya tahan, atau imunitas tubuh kita, sangat menentukan kemampuan kita untuk bisa menghindari atau mengalahkan suatu virus, termasuk Covid-19,” papar AHY.
AHY pun menegaskan, hal ini sendiri merupakan common sense. Ia bersama sang istri mengaku sering mengajarkan putrinya bagaimana menjaga kesehatan dan daya tahan tubuhnya.
“Daya tahan tubuh, tentu tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi fisik kita, tapi juga secara psikis. Karena belum sepenuhnya dewasa, tentu ia harus sering diingatkan untuk menjaga keseimbangan dalam kesehariannya; antara belajar, bermain, istirahat, dan olahraga,” tutur AHY.
Hal tersebut, lanjut AHY, juga diiringi dengan asupan makan dan vitamin yang harus dikonsumsi setiap hari. Dalam mendidik anak, diperlukan kasih sayang dan kesabaran serta situasi tertentu, diperlukan ketegasan dan kedisiplinan.
“Tantangan terbesar bagi setiap orang tua adalah, harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak kita; menjadi role model yang konsisten, yang satu kata dan perbuatan. Semakin dewasa seorang anak, maka semakin cerdas dan kritis pula nalarnya. Apalagi di era digital ini, anak kita dapat dengan cepat dan mudah mendapatkan informasi apa pun. Kemudian, ia akan lebih sering bertanya: “Why?”, atau “Why Not?”; bukan lagi “What?”. Tidak bisa kemudian orang tua merasa mereka paling tahu segalanya,” tandas AHY.
Laporan: Muhammad Lutfi