KedaiPena.Com – Terkait ratusan pelajar yang seharusnya mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) namun harus terlibat di acara Pesta Horas Tapteng 2016, anggota DPRD Tapteng Martin Tobing mengaku prihatin.
“Kita prihatinlah dengan dunia pendidikan kita di Tapanuli Tengah, hanya semacam pesta horas yang sifatnya kedaerahan dan seremonial semata, kita korbankan orang lain hanya untuk itu,”ungkap Martin Tobing kepada KedaiPena.Com melalui selulernya, Jumat (9/12).
Anggota Komisi A yang membidangi Pendidikan ini menegaskan, semestinya Kadisdik Tapteng lebih mengutamakan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah, ketimbang hanya sekedar mengikuti kegiatan seremonial, terlebih saat masa ujian berlangsung.
“Bagaiman mereka bisa belajar, sementara mereka kita tuntut atau kita curi waktunya untuk mengikuti latihan-latihan dan bagaimana pula nanti terhadap nilai-nilai mereka? kan kita menjadi ketinggalan dibanding daerah lain, mungkin nilai-nilai anak didik kan agak jatuh kebawah, yang tadinya dia lemah menjadi semakin jatuh,” pungkas Martin.
Menurut Martin, dispensasi ujian susulan tetap saja akan berdampak terhadap nilai-nilai anak didik. Sebab menurut dia, nilai di ujian di waktu semestinya dengan nilai ujian susulan tentu berbeda, bahkan cenderung akan semakin rendah.
“Kalaulah memang disengaja ujian susulan, apakah nilainya sama? tentu tidak sama, apapun ceritanya itu tidak akan sama, kalau sama nilainya berarti tidak perlu kita bikin ujian, ujian susulan aja semua, kan begitu,” ujarnya.
Lebih jauh, Martin agaknya menyayangkan pernyataan Kadisdik Tapteng Delta Pasaribu yang mengaku bahwa pelibatan pelajar itu adalah juga bagian pembelajaran. Menurut ia kegiatan semacam ekstrakurikuler dapat dilakukan diluar jadwal ujian.
“Intinya hal itu (pelibatan) bukan jadi yang utama atau yang terpenting apalagi sampai mengorbankan ujian semester, jadi dalam hal ini kami harapkan dan sampaikan agar kedepan tidak terulang lagi. Karena sudah sering kita lihat acara seremonial melibatkan anak-anak peserta didik,” tegas Martin.
Laporan: Har