KedaiPena.Com – Stigma Indonesia darurat utang berkembang luas di masyarakat. Era Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut sebagai salah satu era perekonomian yang paling kelam, lantaran timbunan utang luar negeri.
“Sebenarnya Indonesia tidak darurat utang. Itu semua adalah isu yang terstruktur, masif, dan sistematis yang diduga dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Presiden Jokowi,†ujar Anggota DPR-RI Darmadi Durianto di Senayan Jakarta, ditulis Rabu (13/9).
Berdasarkan standar internasional, kata Darmadi, utang Pemerintah Indonesia masih aman. Tiga lembaga pemeringkat utang internasional yakni Fitch, Moody’s, dan Standard and Poor’s menyatakan Indonesia layak investasi, sehingga tidak mungkin saat ini Indonesia darurat utang.
“Jika kita bandingkan dengan negara lain, porsi utang Pemerintah Indonesia yang 28 persen PDB itu pun tak besar. Negara maju seperti Amerika Serikat saja 78 persen kali PDB-nya, dan Jepang 239 persen. Kemudian Malaysia 56 persen, Brasil 78 persen, Vietnam 62 persen, Thailand 42 persen, dan Malaysia 56 persen. Perbandingan tersebut akan semakin kita pahami dengan memakai data per kapita. PDB per kapita Indonesia tahun 2016 adalah sekitar 3.604 dollar AS,†papar Bendahara Umum Megawati Institute ini.
Menurut Darmadi, isu utang akan terus dihembuskan untuk menutup mata publik di tengah laju pembangunan yang dilakukan di semua pelosok negeri.
“Mengapa harus berutang? Jawabannya jelas karena jika hanya mengandalkan pajak saja tidak akan cukup. Sebenarnya tidak masalah kita berutang jika jelas peruntukannya, dan pengelolaannya dilakukan dengan baik, dapat dipertanggungjawabkan dan jangan dikorupsi,†terang pakar ekonomi ini.
Kendati demikian, lanjut dia, berdasarkan riset-riset beberapa pakar ekonomi di beberapa negara, utang luar negeri yang tidak dikelola dengan baik, dapat membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah harus dapat mengantisipasi berbagai risiko atas utang dengan tata kelola yang baik.
“Karena masyarakat akan tetap mempertanyakan wujud berdikari dalam ekonomi bila negara terus terbebani utang,” ucapnya.
“Dengan penggunaan yang baik dan benar, utang harusnya dapat membantu mengakselerasi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dan diharapkan dapat menurunkan Gini Ratio secara segnifikan,†pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh