KedaiPena.Com – Pernyataan mantan Panglima TNI (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyinggung kembali soal kebangkitan G30S PKI berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
“Saya prihatin dengan langkah politik yang dilakukan oleh Pak Gatot Nurmantyo. Pak Gatot dengan segala hormat, kami menyesalkan berbagai pernyataan Bapak yang terus saja memecah belah bangsa, dengan membangkitkan trauma 1965,” ujar Ketua DPC PDIP Kota Tangerang Selatan Wanto Sugito kepada wartawan, rabu, (23/9/2020).
Menurut Wanto, ketika Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden saja, tidak meninggalkan dendam keapada Soeharto dan kroninya.
“Bahkan 14 Gubernur dari daerah penting diambil dari TNI karena kedepankan rekonsiliasi. Kemudian Bung Karno Proklamator Bangsa, selalu ada Bung Karno di dalam setiap perumusan dasar negara. Jadi PDI Perjuangan sangat kokoh di dalam memegang dan menjalankan falsafah bangsa Pancasila,” tukasnya.
pria yang akrab disapa Klutuk menambahkan, rakyat juga mencatat bagaimana tuduhan Pak Gatot terkait ada kekuatan besar PKI yang berada di balik penghentian pemutaran film G30SPKI, program pelurusan sejarah, termasuk sikap TAP MPRS no XXXIII tahun 1967 ternyata tanpa bukti.
“Rakyat juga mencatat bagaimana tuduhan Pak Gatot terkait ada kekuatan besar PKI yang berada di balik penghentian pemutaran film G30SPKI, program pelurusan sejarah, termasuk sikap TAP MPRS no XXXIII tahun 1967 ternyata tanpa bukti,” jelasnya.
“Di balik tuduhan tidak mendasar itu ada tokoh-tokoh besar seperti Letjen TNI Purn Muhammad Yunus Yosfiah, Prof Dr Juwono Sudarsono dan Presiden Habibie dimana pemerintahannya tidak mewajibkan kembali pemutaran film G30S PKI,” kata Wanto.
Wanto Lanjutkan, demikian halnya Presiden Gus Dur yang menyampaikan sikapnya atas TAP MPRS no 33 tersebut.
“Jadi secara tidak langsung, katanya, Gatot menuduh beliau-beliau tersebut adalah PKI. Pernyataan tendensius penuh ambisi politik itu, mohon maaf tidak layak disampaikan oleh Gatot,” ungkapnya.
Wanto katakan untung ada bang Usman Hamid dari aktivis Kontras yang mematahkan seluruh argumentasi tidak benar tersebut.
“Perlu dicatat, di PDI Perjuangan seluruh anggota dan kader Partai dididik untuk membumikan Pancasila dengan seluruh benang merah sejarahnya,” papar Wanto.
Ia ungkapkan para calon kepala daerah yang bukan PDIP pun dilatih, tanya saja mereka, terhadap seluruh materi yang diajarkan. Semua untuk hadirnya pemimpin negarawan yang menyatukan bangsa.
“Saya jadi membandingkan, bagaimana Panglima Besar Jenderal Sudirman selalu mengobarkan nasionalisme, persatuan nasional, dan juga juga kehebatan sejarah masa lalu yang hebat,” tukas Wanto.
Laporan: Sulistyawan