KedaiPena.Com – Mural merupakan sebuah seni yang mengekspresikan apa yang sedang terjadi dimasyarakat. Mural yang saat ini ramainya terkait mural yang terjadi lantaran sebuah ketegangan dan kegagalan dialog antara dunia seni dan kuasa negara.
Politisi PDIP, Nursuhud mengatakan, dalam kondisi tegang tersebut, biasanya para hulubalang (pembisik Istana) berpikir berlebihan.
“Para hulubalang berpikir, bahwa ini ada gerakan penjatuhan presiden dan segala macam, padahal itu sama sekali tidak. (Mural) ini adalah ekspresi seni itu ketika terjadi tingginya krisis sosial, kemiskinan, kerontokan ekonomi dan keresahan masyarakat yang luar biasa,” ucap Nursuhud dalam PHD Corner Episode Mural dan Kebebasan Berpendapat, ditulis Senin (30/8/2021).
Dirinya menyebutkan seharusnya orang-orang yang berada di Istana dapat memiliki kebiasaan untuk dapat mendatangi para pemikir bebas, yang salah satunya adalah para seniman, untuk dimintakan tanggapan dan masukannya.
“Di negeri kita yang disangka modern ini, para budayawan mulai sirna peranannya. Mereka hanya diajak pentas ketika ada hari 17 Agustus, PON dan sebagainya. Pemimpin kita harusnya aktif dan menanyakan para pemikir bebas itu apa sebenarnya yang terjadi,” tambahnya.
Dari sisi budaya politik di Indonesia, kata Nursuhud, hal ini berarti kemunduran dari zaman sebelumnya. Kemunduran tersebut dalam arti perlibatan partisipasi masyarakat.
“Kita kan selalu pendekatan politik lah, ahli hukum, ahli ekonomi, tapi mana para budayawan yang secara intens ditanya oleh Presiden atau menteri, bagaimana situasinya ini terjadi. Dalam kasus mural, Pemerintah gagal menangkap dan memahami realitas sosial,” katanya.
Dirinya pun menuturkan, tidak mengerti siapa yang membisikan atau menasehati terkait hal tersebut. Akan tetapi ia curiga, kelompok orang-orang yang disangka ahli itu yang melakukan
“Saya pikir bukan kerenggangan, kerenggangan memahami para stakeholder di negeri ini. Dengan kerenggangan dan kegagalan dialog itu, karena tidak melihat peta sosial yang nyata,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi