KedaiPena.Com – Permasalahan mural yang saat ini tengah viral sebenarnya merupakan persoalan hal yang klasik. Kritik via mural terjadi lantaran ketegangan kuasa negara dan ekspresi kebebasan seniman. Dan hal ini sudah terjadi sejak dahulu.
Demikian hal itu di sampaikan oleh Politisi PDIP, Nursuhud dalam PHD Corner Episode Mural dan Kebebasan Berpendapat, Kamis, (26/8/2021).
“Sehingga (kritik) selalu muncul dalam sistem apapun. Rezim yang proses terpilihnya dari hasil demokrasi pun selalu muncul ketegangan antara ekspresi seni dan kekakuan kekuasaan negara,” ucapnya.
Dirinya pun mencontohkan ketegangan kekuasaan terhadap ekspresi seni, mulai dari zaman Soekarno, Soeharto bahkan sampai era setelah reformasi.
“Setelah era reformasi muncul ekspresi seni lewat mural yang menyebabkan panas dingin kekuasaan negara, tetapi apakah kekuasaan negara di sini saudara presiden atau yang dahulu kala,” katanya.
Dalam rezim apapun, seniman itu selalu mengekspresikan apa yang selalu menjadi pemikiran, perasaan. Apa yang dilihat dalam realitas sosial akan diekspresikan lewat karyanya masing-masing.
“Mungkin lewat cerpen, lukisan, mural, lewat model seni tradisional dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Selain itu, kata Nursuhud, jika dilihat di sekitar Istana, orang-orang pemikir kebudayaan dan seni hampir nyaris tidak pernah saat negara membuat kebijakan
“Kelihatan sekali di sekitar Istana pemikir kebudayaan dan pemikir seni itu nyaris tidak pernah dilibatkan di dalam sumbangsih untuk bagaimana negara membuat kebijakan, selalu pendekatan nya sangat ekonomi sangat politis,” tuturnya.
Laporan: Muhammad Lutfi