KedaiPena.Com – PDAM Tirtanadi  berupaya terus mendapatkan suntikan dana segar guna menjawab kebutuhan pelanggan yang terus meningkat dengan kualitas pelayanan yang optimal.
Perusahaan plat merah ini sedikitnya membutuhkan dana sebesar Rp1.8 Triliun untuk membiayai sejumlah proyek pengadaan air bersih yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Menurut Ketua Tim Penyesuaian  Tarif Air PDAM Tirtanadi, Zulkifli Lubis dana tersebut dibutuhkan di antaranya untuk membangun pipa-pipa tua yang sudah terpasang sejak 112 tahun lalu dan sudah bocor, serta untuk proyek pipanisasi lainnya.
Seperti diketahui, kata dia, akibat dari kebocoran pipa yang selama ini kerap terjadi berimbas kepada tersendatnya aliran air ke rumah-rumah warga serta kualitasnya menjadi menurun.
Selain itu PDAM Tirtanadi juga akan membangun sejumlah proyek uprating yang tentunya menelan biaya ratusan miliar untuk menambah kapasistas air sesuai kebutuhan pelanggan secara keseluruhan, serta membeli bahan kimia seperti kapur dan klorin.
“Namun bagaimana bisa mendapatkan dana sebegitu besar dalam waktu singkat, darimana duitnya. Inilah yang akan dicari secara bertahap dan mungkin memakan waktu cukup lama,” kata Zulkifli pada acara Sambung Rasa perusahaan itu dengan pelanggan dalam rangka sosialisasi penyesuaian tarif baru air PDAM Tirtanadi di Aula Kantor Camat Medan Helvetia, Kamis (20/4)
Di hadapan ratusan warga serta dihadiri Camat Khairunnisyah, pejabat Tirtanadi itu mengakui selama ini pihaknya hanya mampu menjawab keluhan pelanggan akan sulitnya mendapatkan air di beberapa wilayah, sebatas mendatangkan mobil tangki pembawa air bersih.
“Tirtanadi juga terpaksa harus menggali sumur-sumur bor di beberapa wilayah, akibat ketidak mampuan membangun proyek pipanisasi,” katanya.
Untuk upaya memenuhi kebutuhan dana itu, PDAM Tirtanadi telah mengajukan permohonan anggaran di antaranya dari APBD Sumut melalui penyertaan modal yang pada tahun ini terealisasi sebesar Rp75 miliar, serta penyesuaian tarif baru yang  mulai diberlakukan untuk pembayaran Mei 2017.
Namun besaran dana itu jika memungkinkan untuk terus terakomodasi sesuai target, juga belum bisa terpenuhi dalam waktu relatif singkat.
Apalagi target dana segar yang diperoleh dari masyarakat melalui penyesuaian tarif air juga masih sekitar Rp23 Miliar untuk tahun ini.
Menurut dia dana yang terkumpul dari masyarakat itu di antaranya diperuntukkan sebagai biaya operasional agar perusahaan ini menjadi sehat. “Karena untuk biaya operasioal memang tidak disubsidi oleh APBD,” ucapnya.
Kendati kata Zulkifli, kenaikan tarif diyakini tetap terjangkau masyarakat karena PDAM Tirtanadi dalam hal ini tetap mengedepankan prinsip berkeadilan.
“Tarif yang diberlakukan itukan berbeda untuk tiap kategori rumah tangga. Yang kaya harus mensubsidi yang miskin,” katanya.
Dia menyampaikan bahwa tarif yang diberlakukan PDAM Tiratanadi juga masih jauh lebih murah dari sejumlah daerah di Indonesia seperti Kota Malang (Jawa Timur), Palembang, Jakarta, Banjarmasin.
“Kota-kota tersebut masuk kualitas PDAM terbaik, bahkan untuk kota Malang itu terbaik se Asia,” katanya.
Didampingi para staf PDAM Tirtanadi di antaranya Kepala Divisi hubungan Pelanggan Tauhid Ichyar, Kepala Sekretaris Perusahaan Jumirin, serta Kacab Tirtanadi Helvetia, Zulkifli menambahkan, seluruh kota tersebut telah mengenakan tarif air yang cukup tinggi kepada pelanggannya.
“Bahkan untuk Malang sejak tiga tahun lalu telah menaikkan tarif dua kali lipat dari tarif yang masih akan diberlakukan PDAM Tirtanadi saat ini,” ujarnya.
Sebelumnya Tauhid Ichyar memaparkan  sulitnya PDAM untuk maju karena instansi ini lebih mengedepankan sosial oriented daripada bisnis. “Tarif air PDAM itu sangat murah, karena memang selama ini jual rugi,” sebutnya
Bahkan perusahaan ini telah beberapa tahun terimbas inflasi sejak 2013 hingga 2016 dengan total 23.11 persen. Masih ditambah kenaikan Upah Minimum Provinsi dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL)
“Namun PDAM Tirtanadi belum juga melakukan penyesuaian tarif, hingga akhirnya tidak tahan karena harus terus mensubsidi kebutuhan air pelanggan,” ucapnya.
Apalagi, kata Tauhid pelanggan Tirtanadi mayoritas masuk kategori RT2 dan RT3 yang memang harus menerima subsidi. “Sedangkan kategori rumah-rumah mewah, hotel dan restauran itu kebutuhan airnya menggunakan pihak swasta. Kalaupun menggunakan PDAM Tirtanadi hanya sebagian kecil saja,” ucapnya.
Hadir pada sosialiasi itu dari akademisi Jauharis Lubis yang berharap Tirtanadi mampu lebih terbuka dan transparan.
“Buka informasi yang seluas-luasnya kepada pelanggan. Masyarakat juga harus tahu kemana mesti menyampaikan keluhan langsung ke pihak PDAM apabila terjadi gangguan, misalnya ada pipa bocor dan sebagainya,” kata Jauharis yang meminta pihak PDAM Tirtanadi memberikan nomor pengaduan untuk tingkat kecamatan kepada warga Helvetia.
Acara itu juga diisi tanya jawab pelanggan kepada pihak PDAM Tirtanadi.
Umumnya warga masih mengeluh dengan mahalnya biaya pasang baru instalasi air, juga persoalan air yang sering mati.
“Air di wilayah kami, malam baru hidup dan paginya sudah mati lagi,” kata Arifin warga Komplek Pondok Surya.
Laporan: Iam