Artikel ini ditulis oleh Abdul Rohman, Pemerhati Sosial dan Kebangsaan.
On-Off. Itulah gambaran cuaca menyelimuti Jakarta hari-hari ini. Hujan-mendung tebal-hujan lagi. Begitu seterusnya. Dua puluh empat jam sehari.
Sudah beberapa hari matahari muncul tidak lebih hitungan jam. Untuk kemudian tertutup mendung tebal atau turun hujan lagi. Tidak deras hujannya memang. Tapi air hujannya terasa dingin. Menusuk tulang. Walau di tengah kota, dingin cuacanya terkadang seperti di pinggir hutan.
Menurut BKMG, cuaca seperti ini akan melewati akhir Maret 2024. Berarti masih akan berlangsung lama. Kondisi ideal untuk mager (malas gerak). Kecuali acara-acara di dalam ruangan. Puasa Ramadhan tidak terlalu capek melewati hari-hari seperti ini. Tidak dirundung kehausan karena cuaca panas.
Pleno KPU untuk pengumuman hasil rekapitulasi suara pilpres akan berlangsung pada tanggal 20 Maret 2024. Hari Rabu. Tiga hari lagi. Pada saat cuaca bener-bener tidak bersahabat untuk menemani aksi-aksi massa. Misalnya untuk protes hasil penghitungan KPU.
Hujan deras beberapa jam, kemudian cuaca cerah lebih ramah bagi demonstran. Dibanding hujan on-off. Hujan deras kemudian cuaca cerah membuat baju cepet kering. Ganti baju untuk kemudian melanjutkan aksi, mudah dilakukan. Baju basah yang terus melekat sangat menyiksa tubuh. Dinginnya melilit tubuh hingga menusuk tulang.
Hujan on-off, benar-benar musuh bagi aksi-aksi lapangan. Harus banyak baju disiapkan. Belum make up yang terus meleleh untuk peserta perempuan. Tidak menarik untuk insta strory jika make up meleleh. Harus terus diperbaharui. Ribet.
Momen penghitungan hasil pilres 2014, saya terjebak situasi membingungkan. Harus percaya isu kecurangan TSM (terstruktur, sistematis dan massif) dalam kesulitan dukungan pembuktian. Berada dalam forum yang pesertanya berlomba menyajikan kecurangan TSM. Terdapat laporan, bukti-bukti TSM mencapai banyak kontainer. Ternyata meleset. Bukti itu tak terverifikasi.
Keterjebakan itu membuat saya lupa mencermati situasi gerakan lapangan. Gambaran aksi-aksi massa pada saat itu tidak berada dalam ingatan lagi.
Tahun 2019, demo-demo menuntut kecurangan pemilu lebih bergelombang. Bahkan melewati bulan Ramadhan seperti tahun 2024 ini. Aksi bakar-bakaran dan tembakan kembang api masih terbanyang hingga kini.
Tahun ini sepertinya KPU akan dijaga pasukan cuaca. Hujan on-off. Berlangsung selama bulan Maret 2024. Pasukan itu amat ganas. Menggigit dingin tubuh peserta aksi melalui baju yang dipakainya. Oleh siraman hujan berkali-kali.
Adalah Zhuge Liang, ahli strategi era tiga kerajaan di kekaisaran Tiongkok. Hidup antara abad 2-3 Masehi. Ia menteorikan pasukan cuaca itu. Jika engkau mengenali cuaca dengan baik, ia akan bisa menjadi pasukanmu membantu memenangkan perang melawan musuh-musuhmu. Film Red Cliff mendokumentasikan kejeniusan Zhuge itu.
Zhuge memanfaatkan cahaya matahari untuk menahan pasukan Cao-Cao membasmi pasukan Liu Bei dan rakyatnya ketika mencari tempat pengungsian. Melalui perisai kaca yang dikeluarkan tiba-tiba, kavaleri berkuda Cao-Cao yang ganas dibuat silau matanya oleh pancaran Matahari. Kavaleri itu bertumbangan sebelum menjangkau pasukan Liu Bei. Rakyat Liu Bei berhasil diungsikan ke tempat aman. Gagal dibantai pasukan Cao-Cao.
Zhuge juga memanfaatkan perubahan arah angin dalam perang laut. Ketika armada Cao-Cao dibuat terbakar habis di Benteng Merah, karena salah memperhitungkan arah angin. Cao-cao dibuat mundur dari ambisinya menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya.
Kasus serupa diterapkan Arya Wiraraja dan Raden Wijaya. Ketika mengusir pasukan Ku Bilai Khan dari Singasari. Angin timur dipergunakan Arya Wiraraja mengusir pasukan Tartar dengan melayarkan armadanya kembali ke dataran Tiongkok. Ekpedisi Ku Bilai Khan menakhlukkan Jawa mengalami kegagalan. Sedikit dari kerajaan-kerajaan di dunia yang gagal di taklukkan Dinasti Jenghis Khan.
Apakah pasukan cuaca akan benar-benar setia pada KPU pada 20 Maret 2024 nanti?. Kita bisa segera menyaksikannya bersama-sama. Seberapa damai proses pemilu kali ini terselenggara.
Jika pasukan cuaca itu tetap setia, KPU akan dihindarkan dari tudingan penggunakaan uang rakyat. Untuk mengerahkan aparat melawan rakyat sendiri yang melakukan demonstrasi. Pasukan itu tidak bisa diaudit. Baik oleh BPK, pengadilan maupun Angket.
Jaksel, 17 November 2024
[***]