KedaiPena.Com- Pemerhati Sosial Politik, Uchok Sky Khadafi menilai, kontestasi pilpres 2024 lebih marak soal kesedihan dan drama. Pasalnya, kata Uchok, saat ini para capres sibuk berlomba-lomba dalam menjual dan menjajakan kesedihan dengan menceritakan kesulitan hidup.
“Para capres sibuk menjual kesedihan dan drama ketimbang gagasan. Mereka berlomba-lomba menjajakan dagangan kesedihan (pernah hidup susah, terdzholimi, sederhana). Fenomena ini yang tiap hari menjejali ruang publik kita. Yang jelas dalam Pilpres 2024 ini pasar kesedihan dan drama makin menggeliat,” sindirnya, Rabu,(1/11/2023).
Uchok mengatakan, hal tersebut masih diterima di tengah publik karena beberapa faktor.
“Pertama, masyarakat kita gampang terhanyut emosinya. Kedua, masyarakat kita belum mampu membedakan mana sulap dan mana kebenaran. Ketiga, masyarakat kita kelamaan dicekoki narasi-narasi yang bersifat dikte,” urai Uchok.
Menurutnya, kesedihan dan drama yang diperjualbelikan secara bebas di ruang publik itu bisa membahayakan dan menghambat kemajuan bangsa dan negara ini.
“Sangat berbahaya karena si penjual kesedihan dan drama lah yang menikmati keuntungan nantinya, habis jualan pasti mereka pesta pora dengan kelompoknya. Sementara si pembeli (rakyat) akan menerima kesedihan sepanjang masa,” lirihnya.
Uchok mengaku pesimis bahwa calon presiden ke depan bakal mampu membawa negara ini maju.
“Ketiganya hasil ternak oligarki. Pesimis bakal ada perubahan ke depannya. Yang ada mungkin kegaduhan-kegaduhan antar mereka. Tidak ada satu pun capres yang berani melawan arus, misalnya berani mengubah tatanan yang ada sekalipun itu sudah jadi kebiasaan khalayak (dia berani ubah kebiasaan yang dirasa hambat kemajuan). Semuanya (para capres berlomba-lomba menawarkan populisme) ngemis suara publik (jualan kesedihan dan drama)” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena