SINDIRAN kepada anggota Parlemen di Inggris menarik. Mereka berpendapat dan berdebat dengan suara keras, tapi tidak untuk kepentingan rakyat melainkan kepentingan sendiri atau untuk kepentingan yang tidak jelas.
Sekedar memenuhi nafsu hewani. Teriak teriak seperi suara simpanse. Kritik atas perilaku anggota Parlemen ini mewakili pendapat umum masyarakat Inggris.
Sindiran itu dilukiskan oleh seniman mural jalanan Banksy asal Bristol yang menampilkan anggota House of Commons Inggris sebagai para Simpanse.
Dibuat memang 2009 yang mungkin menurutnya anggota Parlemen Inggris itu hanya banyak omong dan ribut saja.
Lukisan unik dan nyinyir ini di lelang di rumah lelang Shoteby’s London dengan harga fantastik yang jika dinilai rupiah sebesar Rp172,9 miliar.
Pelukis misterius ini pernah manjamu anak-anak Palestina di Betlehem dan membuat pesta permintaan maaf Inggris pada warga Palestina. Mengkritik kontribusi PM Inggris Lord Balfour terhadap pembentukan negara Israel.
Penggambaran anggota Parlemen dengan hewan tentu merupakan kritik atas perilaku. Meski sering disebut wakil rakyat, tetapi biasanya gaya hidup dan pendapatan anggota Parlemen jauh berbeda dengan rakyat.
Ia menjadi segmen elitis dalam masyarakat. Kritik keras Banksy dengan lukisan nampaknya lebih menyentuh ketimbang mungkin aksi demonstrasi. Ia gambarkan anggota Parlemen dengan kumpulan Kera Simpanse.
Mungkin saja kritik lukisan Banksy dapat menginspirasi seniman di Indonesia untuk menggambarkan kelemahan anggota Parlemen. Siapa tahu ada yang melukis anggota DPR itu sebagai kumpulan kelelawar yang gemar beraktivitas malam dan tidur di siang hari.
Ini untuk menggambarkan banyak anggota yang tertidur saat sidang paripurna Atau gambaran karakter politisi yang tidak berpendirian cenderung ikut pada “pemenang”.
Kelelawar memiliki “double standard” antara faksi binatang buas (moncong dan kuku) dengan faksi burung (sayap dan berkaki dua). Bergeser geser dukungan.
Atau bisa juga melukis anggota Parlemen dengan komunitas Kodok Serasah (Leptobrachium Haseltii) yang di samping sama suka tidur di siang hari, juga nyaring suaranya “waak waak waak” bersahut sahutan.
Tidak mau kalah suara. Kodok hewan yang kaki depan “menyingkirkan” dan kaki belakang “menendang”. Politisi yang licik dan memikirkan diri sendiri tak peduli kawan yang harus disingkirkan dan ditendang.
Kodok suka ditempat yang gelap di semak semak, banyak sampah, atau air yang kotor. Kodok itu menjijikkan. Kalau kodok masuk rumah pasti dikeluarkan karena jijik. Semoga anggota Parlemen di semua tingkat tak memiliki karakter seperti kodok.
Lukisan Parlemen Simpanse “Devolved Parliament” Banksy bernilai ratusan miliar rupiah. Entah jika dibuat lukisan Parlemen Kelelawar atau Parlemen Kodok bernilai berapa.
Yang jelas perlu ada sindiran kuat agar parlemen kita tidak diisi oleh orang orang yang hanya mengikuti nafsu hewani. Dan tidak pula yang berorientasi untuk mendapatkan harta ratusan miliar baik dengan cara suap, memeras, komisi, ataupun korupsi.
‘Say it with a flower, say with a painting’.
Oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik, Tinggal di Bandung