KedaiPena.Com – Saat ini terjadi ketegangan dalam situasi politik dalam neger. Penangkapan para tokoh jelang aksi 2 Desember 2016 merupakan salah satu indikator itu. ‬
‪”Ini adalah bentuk kemerosotan kemampuan pemerintahan Jokowi melakukan hegemoni, persuasi bahkan sekadar komunikasi,” kata pemerhati pertahanan, Khairul Fahmi kepada KedaiPena.Com ditulis Jumat (2/12).‬
‪Bagi negara yang sudah memilih jalan demokrasi, penangkapan ini sebuah kekeliruan besar. Cara pemerintah menyelesaikan ketegangan ini berpotensi menempatkan legitimasi penguasa pada titik terendahnya sejak berkuasa. ‬
‪”Karena menurut saya, ya memang itulah yang diinginkan oleh pihak yang bersikap oposisi itu,” imbuh dia.                       ‬
‪Sebelumnya Fahmi sudah mengingatkan soal potensi hadirnya kekuasaan yang ditopang kekuatan militeristik ala Orde Baru. Kepanikan dan kegagapan tampak bukan hanya pada pemerintah, namun semua aktor dominan punya andil terhadap hadirnya langkah-langkah koersif dalam dinamika politik belakangan ini.‬
‪  ‬
‪”Cara ‘tangan besi’ dalam pengendalian situasi adalah cara paling mudah dan paling harus dihindari. Ingat, rakyat belum sepenuhnya sembuh dari traumatik orde baru maupun transisi pemerintahan Gus Dur ke Megawati dulu,” sambungnya. ‬
‪Mestinya, pemerintah meningkatkan kapasitas dan kualitas komunikasi, persuasi dan hegemoniknya untuk memulihkan situasi.                       ‬
‪Sebagai langkah awal, diplomasi perjamuan ke elit-elit politik dominan kemarin sudah oke, namun tentu saja harus ada langkah lanjutan untuk mengonsolidasi masyarakat, agar persepsi positif terbentuk dan legitimasi moral kembali menguat.                       ‬
‪”Alih-alih melakukan itu, Jokowi malah menunjukkan kemampuan koersifnya yang diawali dengan kunjungan pasukan itu. Itu langkah yang tidak cerdas saya kira,” tandasnya.‬
‪Laporan: Anggita Ramadoni‬