KedaiPena.Com – Ketegangan di Laut Cina Selatan (LCS) harusnya dijadikan acuan untuk menentukan Panglima TNI berikutnya. Sebab, ketegangan ini berdampak terhadap kedaulatan Indonesia.
Akademisi Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda TNI Purn Surya Wiranto menjelaskan, secara konstelasi geografi, Indonesia berbatasan dengan 10 negara di laut.
“Mulai dari India, Thailand, Filipina, Vietnam, sampai Papua Nugini, Australia bahkan Timor Leste. Nah dari situ saja kalau dikatakan sudah banyak sekali tantangan kita, ada narkoba, imigran ilegal, perompakan dan sebagainya,” kata dia.
Hal itu, sambung dia, menjadi tantangan utama untuk menjaga keutuhan wilayah. Jangan sampai Indonesia terpecah belah karena pengaruh dari negara-negara ini.
“Khusus di LCS, ini menarik, karena saat ini menjadi sorotan dunia. Sebab, ada negara yang menghegemoni di wilayah ini,” lanjutnya.
Amerika Serikat (AS), awalnya menghegemoni seluruh dunia. Tapi, ‘after Arab Spring‘, sambung Surya, mereka lebih bergiat di negara-negara Asia-Pasifik.
“AS menggeser kekuatannya ke arah timur. Kalau berbicara samudranya, mereka menggeser ke pasifik. Sekarang kan ada ‘Pacific Command‘. Mereka masih ingin menghegemoni wilayah LCS,” tambahnya.
Hal yang harus diperhatikan, dimana posisi Indonesia itu di beranda depan. Natuna, yang wilayah lautnya dinamakan Laut Natuna Utara, berada di beranda depan LCS. Artinya apapun yang terjadi di sana, dampaknya pasti ke Indonesia.
“Nah ini kita harus waspada, harus mengetahui, siapa yang menguasai ini. Tentunya (Panglima TNI) harus mempunyai pandangan geopolitik dan geostrategi dunia, jadi tidak hanya nasional. Kita kan tidak bisa hidup sendiri, apalagi di situasi negara kita ini berada di silang dunia,” tandas Surya.
Laporan: Sulistyawan