KedaiPena.com – Indonesia dinyatakan mulai mendekati krisis ketahanan pangan. Hal ini terindikasi dari semakin meningkatnya impor beras, yang berbanding terbalik dengan anggaran dan lahan pertanian yang kian mengecil jumlahnya.
Ekonom UPN Veteran Jakarta dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat menyatakan krisis ketahanan pangan yang mulai mengintai Indonesia, merupakan dampak dari kebijakan pertanian yang kurang efektif.
Dipaparkan, saat ini, Perum Bulog telah mendatangkan sekitar 300 ribu ton beras impor untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) sebagai langkah antisipasi terhadap dampak El Nino. Sebelumnya, sebanyak 500 ribu ton beras impor juga telah masuk ke pasar.
Data menunjukkan bahwa impor semakin bertambah karena anggaran pertanian terus menurun selama beberapa tahun terakhir dan lahan pertanian semakin sempit.
“Hal ini cukup memprihatinkan, karena sektor pertanian adalah penyerap tenaga kerja terbanyak dan penting untuk menjaga ketahanan pangan di negara ini,” kata Achmad Nur, Jumat (21/7/2023).
Ia menyatakan meski Bulog berkomitmen untuk terus menyerap beras petani selama produksi masih ada dan melibatkan kelompok tani serta pihak terkait lainnya, tapi impor tetap diberlakukan, Maka hal tersebut tak bisa menjadi remedi ketahanan pangan.
“Data BPS menunjukkan anggaran pertanian terus menurun. Padahal pertanian adalah penyerap tenaga kerja terbanyak, dengan mayoritas penduduk Indonesia bekerja di sektor ini,” ucapnya.
Tak hanya anggaran pertanian menurun, yang pada tahun 2022 tercatat senilai Rp14.45 triliun, Achmad Nur menyebutkan subsidi pupuk juga semakin berkurang hingga menyebabkan harga pupuk melonjak signifikan dan lahan pertanian yang semakin sempit, tergusur oleh sektor lainnya, seperti Industri.
“Kondisi ini harusnya tak boleh dibiarkan. Karena akan menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan terhadap krisis pangan. Jika impor beras ini terus dominan dilakukan dalam pemenuhan cadangan beras di Indonesia maka keberadaan petani padi tentunya akan terus berkurang karena bertani beras tidak lagi menjadi pekerjaan yang menggiurkan. Jika SDM petani semakin berkurang dan lahan semakin menyempit maka swasembada beras tidak akan pernah bisa lagi diwujudkan,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa