KedaiPena.com – Menanggapi ditemukannya sampah medis di perairan Ketapang, Anggota Advisory Board of Korea – Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center, Widodo S. Pranowo menyampaikan bahwa perlu dilakukan simulasi hidrodinamika dan transpor material dalam periode waktu tertentu untuk memastikan sampah medis itu bergerak ke arah mana sejak ditemukan.
“Kondisi arus di Selat Bali cukup unik, terutama di sekitar perairan Ketapang, yang merupakan bagian tersempit dari Selat Bali yang mengakibatkan arus lautnya menjadi sangat dinamis,” kata Widodo saat dihubungi, Jumat (4/2/2022).
Ia menyebutkan jika ‘flashback’ ke tanggal 29 Juni 2021 lalu, pernah terjadi kecelakaan di laut, tenggelamnya KMP Yunicee ketika sedang menyeberang dari Pelabuhan Ketapang menuju ke Pelabuhan Gilimanuk.
“Pada saat itu, terjadi pertemuan arus yang saling silang. Arus yang dibangkitkan oleh pasang surut, bergerak dari arah utara menuju ke selatan di lapisan sub surface. Sementara arus yang dibangkitkan oleh gelombang, bergerak dari arah selatan menuju ke utara,” urainya.
Untuk kondisi arus di Perairan Ketapang pada 30 Januari 2022, lanjutnya, dapat digunakan data arus permukaan yang dideteksi secara ‘real time’ oleh Stasiun HF Radar milik BMKG yang dipasang di Stasiun Waru dan Stasiun Boom.
“Untuk melengkapi analisis arus, kemudian digunakan data elevasi muka laut akibat pasang surut yang diprediksi oleh Laboratorium Data Laut dan Pesisir (Marine and Coastal Data Laboratory), Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan,” urainya lagi.
Ketika menilik pola arus di Perairan Ketapang Banyuwangi pada 30 Januari 2022 antara pukul 12:30 WIB (05:30 UTC) hingga 14:00 WIB (07:00 UTC), Widodo menyebutkan bahwa terlihat dari hasil pantauan HF Radar BMKG, arus permukaan laut adalah bergerak dari utara menuju ke selatan.
“Kondisi pergerakan arus tersebut kemungkinan besar diakibatkan oleh kondisi elevasi muka laut di pantai belakang Terminal Sri Tanjung lebih tinggi daripada elevasi muka laut di Stasiun Waru BMKG dan juga di Stasiun Boom BMKG. Secara hukum fisika, bahwa air laut akan mengalir dari elevasi muka laut yang lebih tinggi menuju ke elevasi muka laut yang lebih rendah,” paparnya.
Lalu, ia juga menyampaikan, arus permukaan laut akibat pasang surut tersebut, akan bergerak mengalir berbalik arah, menuju ke utara, ketika elevasi muka laut di Stasiun Boom (0,887 meter) lebih tinggi daripada elevasi muka laut di Stasiun Waru (0,865 meter), dan juga elevasi muka laut di belakang terminal Sri Tanjung (0,8464 meter). Arus permukaan laut yang menuju ke utara tersebut, diduga terjadi pada 30 Januari 2022 mulai pukul 17:30 WIB hingga 21:00 WIB, dengan puncak arusnya terjadi pada sekitar pukul 20:00 WIB.
“Pada video viralan Danil, tidak dijelaskan secara pasti, pukul berapakah limbah antigen tersebut direkam, sehingga tidak bisa diprediksi dengan lebih signifikan arah tertransporkannya limbah tes antigen tersebut. Limbah tes antigen tersebut berpeluang ditransporkan menuju ke selatan pada siang hari antara pukul 11:00 WIB hingga 15:00 WIB, dan/atau berpeluang tertransporkan menuju ke utara pada malam hari antara 17:30 hingga 21:00 WIB,” paparnya lagi.
Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, Pusat Riset Kelautan ini juga menyampaikan untuk menghasilkan data yang lebih komprehensif, juga perlu memasukkan data arus akibat angin dan/atau gelombang selain data pasang surut.
“Peran arus pasang surut ini akan lebih signifikan ketika berada di perairan pantai, sedangkan arus akibat angin atau gelombang akan lebih signifikan di lepas pantai. Sehingga jika ingin melihat sebaran dan bagaimanakah limbah tes antigen tertranspor harus dilakukan simulasi hidrodinamika dan transpor material selama misalkan 3-7 hari, untuk melihat adakah peluang limbah tes antigen tersebut hanya tertranspor ke arah selatan atau utara menyusuri pesisir Banyuwangi saja, ataukah juga akan berpeluang tertranspor oleh arus menuju lepas pantai hingga ke tengah Selat Bali,” pungkasnya.
Laporan: Natasha