KedaiPena.com – Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (OR KM) – BRIN, Dr. Ing. Widodo Setiyo Pranowo menyampaikan sangat penting untuk melakukan riset sebaran sampah laut secara komprehensif dan lintas kepakaran, serta lintas institusi/perguruan tinggi.
“Lingkup riset meliputi, survei di laut dan pesisir mengoleksi sampah, kemudian mengidentifikasi jenis sampah, mengidentifikasi apakah sampah terjebak di kawasan mangrove atau lamun,” kata Widodo saat dihubungi, Minggu (3/4/2022).
Ia menjelaskan teknik simulasi pemodelan sebaran sampah dapat dilakukan dengan metode Lagrangian sederhana yang kemudian diverifikasi pola sebarannya menggunakan alat drifter atau gps tracker, seperti yang dilakukan dalam kerjasama KKP dengan Pemerintahan Perancis pada tahun 2021.
“Dengan adanya arus air permukaan, yang terkadang dipengaruhi oleh volume debit sungai yang berpotensi membawa sampah dari darat, kondisi batimetri, bentuk garis pinggir pantai, gaya pasang surut gaya angin moonsun dan curah hujan maka akan bisa dilakukan simulasi prediksi hidrodinamika dan transpor lintasan sampah di laut,” urainya.
Dari 25 partikel sampah yang masing-masing dilepaskan di 14 pelabuhan atau kota pesisir, yang dilakukan pada tahun 2019, menunjukkan pola pergerakan sampah berbeda antara periode Februari hingga Maret 2019 dengan periode Agustus hingga September 2019.
“Yang terlihat sama hanyalah, bahwa sampah yang dilepaskan itu sanggup untuk bergerak hingga jarak yang jauh melintasi laut dan samudera. Misalnya, sampah yang dilepaskan pada Februari-Maret dari Sungai Cisadane dan Muara Gembong terlacak hingga Laut Flores, Laut Banda, dan bahkan berbelok ke Samudera Hindia pada April-Juni,” urainya lagi.
Atau pada simukasi yang lain, bahkan terverifikasi oleh beberapa pelepasan beberapa drifter yang menyerupai sampah, yang dilepaskan di Sungai Cisadane pada 2020, yang dilepaskan antara April hingga Juni 2021 telah mengarungi Samudera Hindia dan mendarat di Pesisir timur Afrika dan Madagaskar.
“Dari simulasi terlihat, secara umum, ada yang melewati Selat Sunda pada monsun timur, tapi ada juga yang melewati Selat Bali maupun Lautan Flores untuk mengarah ke Samudera Hindia, pada monsun barat,” ungkapnya.
Dengan pergerakan seperti ini, Widodo menegaskan pentingnya dilakukan pencegahan sampah daratan untuk masuk ke badan sungai maupun badan laut.
“Sampah harus bisa ditangani di darat agar tidak tertumpah ke badan air sungai atau laut. Ketika sampah masuk ke laut, maka sulit untuk ditangani dan akan terangkut jauh kemana-mana, bisa melintasi samudera,” pungkasnya.
Laporan: Natasha