KedaiPena.Com – Ekonom senior, yang juga Menko Perekonomian era Gus Dur, Rizal Ramli mengatakan, pernyataan sepihak Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dapat membuat goncangan ekonomi.
Jika perlawanan terhadap kebijakan Trump ini terus membesar dan tidak tertangani secara baik, sambung dia, maka bukan tidak mungkin membawa dampak cukup besar pada perekonomian, termasuk di dalam negeri.
Demikian disampaikan Rizal Ramli dalam keterangan yang diterima KedaiPena.Com di Jakarta, Selasa (12/12).
“Jika banyak perang maka kemungkinan harga minyak mentah akan naik, bisa kembali ke angka USD 100/barel. Karena itu, shale gas yang banyak dimiliki AS pun bakal naik,†ujar dia
Shale gas adalah gas yang terjepit di bebatuan bawah tanah yang dengan teknologi advanced bisa dieksploitasi hingga menjadi setara minyak.
Mantan Menko Kemaritiman ini melanjutkan, jika harga minyak naik, maka Indonesia, sebagai net importir minyak mentah dan produk-produk minyak (BBM) sebesar 1,1 juta barel/hari akan mengalami kesulitan. Hal itu bisa membuat kantong pemerintah jebol.
Karena itu, ia menambahkan, Bank Indonesia harus rajin melakukan intervensi (operasi) pasar uang untuk menyanggah rupiah jangan sampai di atas Rp15 ribu.
Rizal Ramli yang disebut-sebut pantas mengisi posisi Gubernur Bank Indonesia ini menengarai keputusan Trump tersebut dikeluarkan untuk membendung kongres yang berencana memakzulkan dirinya.
“Donald Trump ternyata tidak sebodoh yang dipersepsikan orang selama ini. Pada saat Kongres mau memakzulkannya, dia justru mencanangkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Istael demi merangkul para Yahudi tajir di dunia dan akan sengaja memicu perang-perang kecil di dunia demi menjual senjata bikinan AS,†ujar doktor ekonomi lulusan Boston University, yang juga salah satu pendiri Econit ini.
Untuk meloloskan rencana itu, kasus Korea Utara akan dibiarkan seperti bola liar sehingga memaksa Korsel dan Jepang senjata buatan AS.
“Jika terjadi perang, harga minyak bisa naik sehingga Saudi, AS bahkan Rusia ikut senang. Yang susah justru kita yang sudah jadi importir minyak mentah dan produk minyak sebesar 1,1 juta barel/hari,†ujar Rizal Ramli.
Menurut Rizal Ramli, yang pemikirannya selalu out of the box ini, Trump memiliki intensi tertentu dari kebijakan kontorversialannya itu, yakni memicu perang kecil sehingga AS bisa berjualan senjata.
“Jika berkobar provokasi perang, penjualan senjata AS akan meroket. Korut dibiarkan menjadi bola liar, sehingga Jepang dan Korsel beli senjata AS,†pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh