AHOK mengkhayal kalau sampai masuk bui akan seperti Nelson Mandela, yaitu jadi presiden.
Omongannya ini sebenarnya merendahkan seakan NKRI negara apartheid yang sedang menjalankan diskriminasi rasial, seperti dulu di Afrika Selatan. Padahal kita sedang hidup dalam negara Panca Sila dan Bhineka Tunggal Ika serta menjaga toleransi beragama.
Mungkin orang tidak akan protes kalau misalnya Ahok menyamakan diri dengan Idi Amin, Presiden Uganda yang fasis dan diktator, yang oleh pers Barat dikisahkan punya resep awet muda dengan makan daging orok baru lahir.
Tidak kalah mengerikan adalah pernyataan salah satu bos tim sukses Ahok, Prasetio Edi Marsudi menyatakan siap perang dengan warga yang menolak kedatangan Ahok.
Marsudi yang pimpinan DPRD Jakarta dan petinggi PDIP Jakarta ini memakai kata ‘’perang’’, sehingga menimbulkan konotasi mengancam, dan bukan tidak mungkin jadi pemicu perang saudara dalam arti sebenarnya.
Apakah Marsudi akan membenturkan secara fisik para kader PDIP dengan warga, padahal sesuai peraturan setiap cagub termasuk Ahok sudah dapat pengamanan (penjagaan) dari polisi.
Partai-partai pendukung Ahok bersikap reaksioner kalau Ahok terganggu. Problemnya mereka tidak memakai ‘’otak’’ dan ‘’akal’’yang sehat, mereka bukan pembela kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, tetapi pembela kekuasaan. Bukan perekat yang membawa misi solidarity maker. Bukan menjernihkan melainkan mengeruhkan, bukan mencerahkan melainkan menyesatkan.
Maka suasana politik Jakarta dan juga nasional kini makin runyam. Presiden Jokowi masih terus melakukan road show politik ke berbagai elemen masyarakat. Sementara itu pencapaian kinerja kabinet nyaris tidak kelihatan.
Ada yang membaca road show tersebut sebagai upaya Jokowi untuk mendapatkan dukungan supaya bisa langgeng sampai 2019 dan periode berikutnya, karena itu dia perlu berdekatan dan merangkul umat, TNI dan Polri.
Tapi banyak pula kalangan menyebut merupakan manuver Jokowi untuk mendapatkan dukungan secara bulat dari berbagai elemen masyarakat karena Jokowi mencium adanya gelagat para Brutus di dekatnya yang menunggangi situasi yang muncul akibat lidah panas Ahok.
Para Brutus ini disinyalir akan melakukan cara-cara inkonstitusional, dengan risiko atau
taruhan yang bisa sangat membahayakan persatuan dan kesatuan NKRI. Naudzubillahimindzalik kalau sampai perang saudara.
Oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior