KedaiPena.Com – Aktivis 98 Satyo Purwanto menilai pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani (SMI) yang menyebut skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi 0% persen telah menunjukkan ketidakmampuan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia dalam mengelola ekonomi RI.
“Artinya ini orang (Menteri Sri Mulyani) gagal. Padahal gak pakai SMI pun saat kondisi normal ekonomi bergerak di kisaran 4-5 persen dan ekonomi Indonesia trend-nya terus turun 6 tahun terakhir ini,” ujar Setyo yang merupakan mantan Sekjen Prodem ini kepada awak media, Minggu (22/3/2020).
Satyo mengaku heran dengan prediksi Sri Mulyani yang menyebut pertumbuhan ekonomi RI berada diangka 0 persen gara-gara terpukul wabah Corona.
“Sektor ekonomi konsumsi domestik yang harusnya bisa dioptimalkan dan pula kita masih bisa ekspor komoditas tertentu seperti crude oil dan lain-lain. Artinya masih ada transaksi tidak minus banget,” tegas Satyo.
Dengan kondisi demikian, Satyo berharap, agar sektor pelayanan publik harus terdepan dan gratis diberikan ke masyarakat dalam menghadapi wabah virus Corona ini.
“Khususnya kesehatan dan kesejahteraan, tax amnesty untuk semua sektor usaha, dan semua financing yang menjadi beban masyarakat harus dihilangkan atau ditunda,” tegas Satyo.
Satyo menegaskan hal tersebut diperlukan lantaran ketika masyarakat sakit dan collapse, pada akhirnya pemerintah juga yang akan bangkrut.
“Sehingga mata rantai kebangkrutan ini harus diputus, terakhir harus ada karakter ke pimpinan yang kuat untuk membawa bangsa ini keluar dan selamat dari krisis ini,” tandas Satyo.
Diketahui, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan wabah virus Corona ini benar-benar memukul perekonomian. Bahkan skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di posisi 0 persen.
“Jadi kami di Kemenkeu melakukan berbagai skenario, katakanlah Covid-nya berapa lama, berapa bulan dan kalau kemungkinan terjadinya pergerakan yang dipersempit atau bahkan sampai lockdown, juga kami membuat skenario,” kata Sri Mulyani setelah Rapat Terbatas dengan Presiden Jokowi melalui video beberapa waktu lalu.
Laporan: Muhammad Hafidh