KedaiPena.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan Ristek dan Dikti Nadiem Makarim dinilai semakin tidak kompeten mengurusi kebijakan pendidikan nasional sehingga bisa mengancam masa depan SDM Unggul Indonesia. Selain ahistoris terhadap perjalanan pendidikan nasional, kebijakan yang dikeluarkan Nadiem Makarim dianggap sudah tidak memiliki keadaban dan melawan pembukaan UUD 1945.
Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pembangunan SDM Jaringan Masyarakat Profesional Santri (NU Circle) Ahmad Rizali menyatakan keputusan menempatkan Madrasah hanya di bagian penjelasan apalagi menghapus dari RUU Sisdiknas menunjukan ketiadaan adab dan ketiadaan penanaman sejarah Nadiem Makarim dan tim penyusunnya.
“Madrasah itu merupakan transformasi pendidikan rakyat jelata yang digerakkan oleh para tokoh pergerakan umat Islam, seperti Jamiat Kheir, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, awal abad ke-20. Mengabaikan pendidikan Madrasah adalah ahistoris terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia,” kata Nanang, demikian akrab ia dipanggil, Rabu (30/3/2022).
Ia menyatakan semestinya Presiden tidak hanya menegur Nadiem karena serapan belanja barang lokal yang kecil.
“Presiden sudah selayaknya memberhentikannya karena sering membuat kebijakan yang ahistoris dan melanggar UUD 1945, salah satunya yang terlihat kasat mata adalah pembuatan RUU Sisdiknas ini,“ tuturnya.
Sebelumnya, Nadiem Makarim secara sembrono menghilangkan tokoh KH Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia. Pelajaran Pancasila dan Bahasa Indonesia juga sempat hilang dari Peraturan Pemerimtah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kali ini, sekolah formal Madrasah juga hilang dari RUU Sisdiknas.
RUU Sisdiknas ini,lanjutnya, merupakan mandat para pendiri bangsa yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Di sana dengan sangat jelas ditegaskan bahwa pemerintahan ini harus melaksanakan tugas dan fungsinya untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
Lahirnya RUU Sisdiknas menunjukkan kondisi yang memprihatinkan karena tugas dan fungsi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa itu diabaikan dan tidak dipedulikan. Negara, dalam hal ini, pemerintah, semakin melepaskan diri dari tanggung jawabnya untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
“Dalam RUU Sisdiknas, Menteri Pendidikan semakin tidak peduli pendidikan dan semakin tidak kompeten. Kekeliruan terbesar periode kedua Jokowi adalah memilih Nadiem sebagai menteri pendidikan,” tuturnya lagi.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Pendidikan Vox Point Indonesia, Indra Charismiadji.
“Ada krisis kompetensi dan minimnya wawasan nusantara di Kemendikbudristek. Kelalaian demi kelalaian terus menerus muncul dalam produk kebijakan yang dibuat. Membangun manusia ini tidak sama dengan membangun aplikasi, kalua salah langkah tidak bisa didelete tapi akan terjadi lost generation selama puluhan tahun,” ujarnya pendek.
Laporan: Natasha