KedaiPena.Com – Akademisi Perbanas Institute, Mustanwir Zuhri memberikan pandangannya terkait dengan kembali defisitnya Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2018.
Menurut dia, dari sisi cadangan devisa defisit transaksi berjalan masih dapat diatasi dengan masuknya dana dari ‘capital flow’.
Namun, kata dia, dari sisi perimbangan ekspor impor atau pembayaran bunga utang agak kurang ‘favourable’
“Nah untuk jangka pendek yang paling memungkinkan adalah mengurangi impor barang konsumsi yang sesungguhnya kita juga sudah mampu memproduksinya seperti garmen, ‘fashion’, dan bahkan ban,” beber dia kepada KedaiPena.Com, ditulis Rabu (14/11/2018).
Sedangkan untuk jangka menengah, lanjut dia, sebaiknya pemerintah dapat mendorong pertumbuhan industri substitusi impor.
“Kalau perlu melakukan barter produk ekspor dengan produk impor seperti yang dulu pernah dilakukan,” ujar dia.
Tidak hanya itu, dia menyarankan, sebaiknya pemerintah dapat memudahkan perizinan industri berorientasi ekspor atau produsen barang substitusi impor.
“Pemerintah juga harus memberikan insentif keringanan pajak kepada mereka,” imbuh dia.
Terkait dengan hubungan defisit transaksi berjalan dengan pelemahan kurs, dia menyebut, bahwa neraca perdagangan defisit itu telah menunjukkan impor lebih besar dari ekspor.
Sedangkan, membiayai impor perlu devisa. Sehingga dapat melemahkan mata uang domestik.
Sebelumnya, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali defisit pada kuartal III 2018. Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI), pada periode yang berakhir September 2018, NPI mengalami defisit sebesar US$ 4,4 miliar.
Defisit ini bahkan mengalami kenaikan dari defisit NPI di kuartal II 2018 sebesar US$ 4,3 miliar.
Laporan: Muhammad Hafidh