KedaiPena.Com – Kehidupan adalah tentang janji pada hidup sendiri bukan pada manusia. Kehidupan juga bukan tentang luka oleh kenangan tetapi tentang menatap masa depan dengan kenangan sebagai makna pijakan.
Hal tersebut yang coba ingin disampaikan dan diceritakan oleh novel Edelweiss Putih karya penulis Krismarliyanti yang akan segera terbit pada Agustus 2019.
Novel Edelweiss Putih ini sendiri berangkat dari sebuah skenario film yang disutradarai oleh Ressy Elang Andrian pada tahun 2014. Edelweiss Putih sendiri sedianya sudah sampai tahapan dummy film di tahun 2017.
“Prosesnya dimulai saat tahun 2014, saat saya mulai nulis skenarionya buat film layar lebar, hampir 1 tahun saya berproses menulis sampai akhirnya 2015 selesai tapi belum final draft dan waktu di akhir 2016 saya coba bikin tim kecil untuk mewujudkan impian saya itu, Edelweiss Putih go layar lebar,” ujar Ressy dalam perbincangan, Selasa, (2/7/2019).
“Awal 2017 tim sudah terbentuk dan mulai berproseslah kami dengan membuat dummy filmnya pemainnya para selebgram di sosial media dan juga penggiat alam, semua diseleksi dan casting ketat,” sambung Ressy.
Meski demikian, lanjut Ressy, dalam proses produksi Edelweiss Putih menuju layar lebar terdapat sedikit hambatan. Hal itu pula yang membuat Ressy memutuskan untuk menulis novel pada Oktober 2018.
“Oktober 2018 kami memutuskan membuat novelnya dengan tujuan benar-benar go layar lebar,” papar Ressy.
Sementara itu, penulis novel Krismarliyanti mengatakan bahwa Edelweiss Putih secara garis besar adalah sebuah cerita tentang perjalanan hidup, alam, dan pencarian makna tentang masa lalu agar kehidupan lebih berarti.
“Karena masa lalu tercipta sebagai sebuah pembelajaran, masa depan adalah sebuah impian yang memberi kita harapan, dan masa kini adalah momen berharga yang seharusnya kita jaga dan syukuri,” papar Krismarliyanti terpisah.
ia pun menekankan makna hidup tidak selalu dari kenangan, orang yang dicintai atau pun yang dibenci. Makna kehidupan dapat berasal dari lembayung dan semilir angin yang berada di puncak gunung atau pantai.
“Sekuntum bunga pun mampu memberikan makna hidup. Edelweiss putih, bunga yang setia pada lembayung, embun pagi, dan kesunyian,” jelas Krismarliyanti.
“Bunga yang mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam luka. Bunga yang mengajarkan kita untuk selalu menatap lembayung dengan harapan mimpi dan ketegaran,” sambung dia.
Ia pun berharap agar dengan adanya novel Edelweiss setiap anak bangsa dapat bisa belajar menghargai hidup ini.
“Dan mereka jadi lebih baik serta menjaga alam Indonesia,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh