KedaiPena.Com – Sikap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Joko Widodo atau Jokowi adalah kesalahan sistem. Sementara kekuatan parpol, khususnya pendukung pemerintah sangat ‘manis’ dengan Jokowi, pada akhirnya menyelamatkan diri mereka sendiri.Â
Jadi, jangan pernah minta keadilan melalui Parpol, keadilan masyarakat dan umat harus diperjuangkan sendiri.Â
‎Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Politik, DR. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi di Jakarta, ditulis Senin (28/11).
‎
“Bukti perjuangan atas keadilan adalah saat Aksi 411, dan itu merupakan bentuk ‘perlawanan’ rakyat. ‎Sukar diingkari bahwa unjuk rasa 4 Nopember 2016 adalah tekanan masyarakat Islam menolak Ahok dan menolak Presiden Joko Widodo melindungi Ahok,” tegas dia.‎‎
Sementara, kekuatan medsos sudah menandingi bahkan mengalahkan media massa. Konsolidasi Aksi 4 November tidak bisa dilepaskan dari aplikasi medsos seperti twitter, facebook, whatsapp, instagram dan lainnya. Akan tetapi, masyarakat perlu mencari formulasi terbaru untuk mengantisipasi kemungkinan medsos suatu saat ditutup oleh pemerintah.Â
“Sebab belakangan, apapun yang dinilai bertentangan dengan pemerintah, ke depan bisa saja ditutup. Contoh terdekat adalah pemblokiran sepihak situs-situs Islam yang dianggap provokatif beberapa waktu lalu,” sambung dia.‎
Hal yang mengherankan justru pada sikap Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang tiba-tiba mengumpulkan pimpinan media televisi nasional dan melarang tayangan aksi.
‎
Situasi 411 merupakan perlawanan. Situasi diperkeruh oleh sinyal keberpihakan Kapolri terhadap Ahok yang sesungguhnya mengundang negara dalam Devide et Impera (pecah belah). Jokowi bersikap desosiatif, bukan merangkul umat Islam.Â
Jokowi bukanlah negarawan, ketika Aksi meninggalkan Istana saat demo 411 menjadi bukti Jokowi melakukan pembiaran atas keinginan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negeri ini. Konteks ini persis sebagaimana konsep demokrasi liberal (neolib) yang output-nya adalah perpecahan.Â
“Konstruksi Indonesia 2045 sudah dibuat oleh Amerika dan Yahudi, sedangkan Cina saat ini sedang ‘meradang’ pasca kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (anti-Cina), apalagi ditambah bergabungnya Putin (Presiden Rusia) mendukung Trump,” jelas dia.
‎
Selain itu, Noorsy menambahkan, Pemerintah harus mempertimbangkan adanya sinyal penarikan uang besar-besaran oleh umat Islam. Ini tidak main-main, negara bisa ‘ambruk’.Â
Uang umat Islam di Bank diperkirakan sebesar 2.655 triliyun rupiah, bank mencadangkan dana 5%-20% dalam cash money. Terjadi penarikan tunai 20% saja dari jumlah dana umat muslim, maka suku bunga akan naik dan rupiah akan ambruk pada level terendah.Â
“Ini bukan political risk, namun sudah mengarah pada kehancuran ekonomi secara global. Terkait Ahok sebagai tersangka, hanya melahirkan ketidakpastian, kepura-puraan dan kepalsuan hukum,” tandasnya.
Laporan: Anggita Ramadoni‎