KedaiPena.Com- Pemerintah diminta dapat memitigasi dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya, saat ini kurs telah menembus di atas angka Rp 16 ribu/ 1 USD dan berdampak langsung perekonomian nasional.
Dampak kepada perekonomian nasional tentunya bakal menyasar pelaku UMKM dan masyarakat pada umumnya. Jika tren ini terus berlanjut, maka ujungnya mengarah pada inflasi (imported inflation).
Demikian hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Syarief Hasan menanggapi Dolar yang semakin mendominasi terhadap rupiah. Data Google Finance menunjukkan, dolar AS berada di level Rp 16.117,8 pada Minggu (14/4/2024) kemarin.
“Tren melemahnya rupiah ini mesti dicarikan solusinya segera. Ini akan menekan neraca perdagangan, harga barang-barang impor melambung, akhirnya kenaikan harga di tingkat konsumen. Jika ini terjadi pada komoditas pangan, maka rakyat akan menanggung mahalnya harga pangan. Apalagi dengan tren peningkatan impor beras yang merupakan kebutuhan pokok rakyat,” kata Syarief Hasan, Senin,(15/4/2024).
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menilai dengan volume impor beras saja yang direncanakan sebesar 3 juta ton pada 2024, kenaikan harga beras akan sangat mungkin mengarah bahkan pada krisis pangan.
Hal Ini terlihat dari realisasi impor beras yang telah mencapai 828.420 ton sepanjang Januari – Februari 2024.
Sementara di sisi lain, kata Syarief Hasan, pelemahan kurs ini juga akan berakibat naiknya suku bunga acuan sehingga beban kredit umkm bertambah, baik dari sisi biaya maupun kemampuan bayar.
Mantan Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini menilai tantangannya kian rumit dengan memanasnya situasi geopolitik di Timur Tengah.
Dengan ketergantungan pada impor minyak, inflasi akan terjadi juga pada sektor energi. Dengan tekanan pada kedua komoditas pokok ini, maka ini akan menjadi sumber instabilitas baru pada transisi kepemimpinan politik yang masih dinamis.
“Saya meminta ini disikapi dengan segera dan terukur. Benar bahwa pertumbuhan Indonesia masih berada diatas 5 persen sepanjang 2023, menandaskan fundamental ekonomi masih solid,” ungkap Syarief Hasan.
Syarief Hasan berharap, pemerintah perlu menyikapi utang luar negeri yang akan semakin membesar sehingga membuat APBN mengalami masalah keseimbangan fiskal di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini.
“Dengan berbagai perkembangan global tersebut kian tidak berkepastian pada 2024 ini, mengakibatkan berbagai gejolak ekonomi eksternal menjdi ancaman yang nyata bagi masa depan nasional ,” tutupnya.
Laporan: Muhammad Lutfi