KedaiPena.com — Anggota Komisi IV DPR RI, Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi industri gula nasional yang masih menghadapi berbagai tantangan signifikan.
Ia menyampaikan beberapa data dan analisis yang menggambarkan situasi terkini serta solusi yang diperlukan untuk memperbaiki sektor pergulaan di Indonesia.
Pada tahun 2023, produksi gula nasional hanya mencapai 2,3 juta ton, sementara kebutuhan nasional mencapai 6,5 juta ton per tahun. Kekurangan pasokan ini menyebabkan ketergantungan pada impor gula sebesar 4,2 juta ton, yang bernilai sekitar 1,6 miliar Dollar Amerika.
“Ini adalah kondisi yang tidak sehat bagi perekonomian kita. Ketergantungan yang tinggi pada impor gula membuat kita rentan terhadap fluktuasi harga internasional dan menguras devisa negara,” kata Andi Akmal dalam keterangan tertulis, Jumat (28/6/2024).
Ia juga menyoroti masalah efisiensi dan produktivitas di sektor pergulaan. Produktivitas tebu nasional masih berada di kisaran 70-80 ton per hektar, jauh di bawah negara-negara penghasil gula lainnya seperti Thailand yang mencapai 100-110 ton per hektar.
“Rendahnya produktivitas ini harus menjadi perhatian utama. Kita perlu investasi yang lebih besar dalam teknologi dan penyuluhan bagi petani untuk meningkatkan hasil panen,” ungkapnya.
Salah satu solusi yang diajukan oleh Andi Akmal adalah revitalisasi pabrik gula yang sudah tua dan tidak efisien. Dari 62 pabrik gula yang ada di Indonesia, sekitar 50 persen sudah berusia lebih dari 25 tahun dan membutuhkan modernisasi.
“Dengan revitalisasi, kita bisa meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas gula yang dihasilkan. Pemerintah harus segera melakukan audit menyeluruh dan menyediakan dana untuk modernisasi ini,” ungkapnya lagi.
Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pro-petani. Misalnya, subsidi untuk benih dan pupuk, serta pembentukan koperasi petani gula yang kuat.
“Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa meningkatkan kesejahteraan petani tebu dan mengurangi ketergantungan pada impor,” kata Andi Akmal.
Ia menegaskan perlunya diversifikasi produk turunan dari tebu. Saat ini, sebagian besar produksi tebu hanya diarahkan untuk gula. Padahal, tebu memiliki banyak produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi, seperti bioetanol dan bioplastik.
“Diversifikasi ini akan memberikan nilai tambah bagi industri tebu dan membuka peluang pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Terakhir, Andi Akmal mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan petani, untuk bersinergi dalam membangun industri pergulaan yang kuat dan berkelanjutan.
“Dengan kerjasama yang baik, saya yakin kita bisa mengatasi tantangan ini dan menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada gula,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa