KedaiPena.Com – Sejumlah utang negara tercatat Per mei 2017 mencapai 3.672,33 triliun rupiah yang terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2.943,73 triliun (80,2%) dan pinjaman sebesar Rp 728,60 triliun (19,8%).
Dalam bulan mei 2017 terdapat Penambahan utang bersih sebesar Rp 4,92 triliun Rupiah berasal dari penerbitan SBN sebesar Rp 11,03 triliun dan pelunasan pinjaman sebesar Rp 6,11 triliun.
Jokowi sendiri berencana melakukan penambahan utang lagi sebesar Rp 76,6 triliun hal ini dilakukan demi menutup defisit anggaran 2017. Hal itu juga dikarenakan gagalnya penerimaan dari sektor pajak dan keengganan pemerintah untuk kembali melakukan pemangkasan anggaran.
Koordinator Investigasi Center for Budget Analysis, Jajang Nurjaman mengakui, bahwa mengutang ialah memang telah menjadi jurus andalan dari orang nomor satu di Indonesia ini.
“Jokowi tidak perlu melakukan pilihan pemangkasan anggaran yang seringkali diprotes para menteri (anak buahnya), atau pusing tujuh keliling bagaimana cara membayar bunga utang tanpa mengganggu anggaran lainnya,” ujar dia dalam siaran pers yang diterima oleh KedaiPena.Com, Rabu (12/7).
“Dengan utang, belanja negara tidak terganggu dan bunga utang yang jatuh tempo bisa dibayar, sangat praktis meskipun yang sedang terjadi sebenarnya adalah seperti lagunya Rhoma Irama “gali lobang tutup lobangâ€,” sambung Jajang.
Padahal, kata Jajang, kondisi utang negara saat ini tidak bisa dianggap enteng. Karena, utang tersebut diantaranya telah menyebabkan angaran 2017 mengalami defisit sampai 2,92%.
Yang dimana, lanjut dia, utang tersebut telah mendekati batas defisit anggaran yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
“Bayangkan saja di tahun 2017 ini Pemerintah Jokowi harus membayar bunga hutang sebesar Rp 221.2 triliun. Bukan hanya membayar bunga utang, akan tetapi juga harus membayar pokok utang sebesar Rp 293,3 triliun,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh