KedaiPena.Com – Mengubah kebiasaan warga dengan menampung air hujan dan menyimpannya ke dalam tanah dapat menjadi solusi dari persoalan darurat air tanah.
Pemanfaatan air hujan merupakan upaya konservasi sumber daya air karena dapat mengurangi laju eksploitasi air tanah.
Di samping itu pemanenan air hujan juga dapat menambah ketersediaan air tanah melalui penyerapan kembali ke dalam tanah.
Atas kesadaran itu, Desa Tunjungseto, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen mengadakan pelatihan pengelolaan air hujan menjadi air minum, belum lama ini.
Hal ini merupakan solusi atas kekeringan yang dirasakan saat musim kemarau lalu. Sampai-sampai desa tersebut diberikan bantuan air bersih dari BPBD setempat.
Kepala Desa Tunjungseto, Kasimin agar peserta pelatihan selama 2 hari benar-benar fokus mengikuti pelatihan dan praktek instalasi Gama Rain Filter yang praktis dan sederhana.
Pengolahan Air dengan teknologi ramah lingkungan diatur dengan acuan Standar Permenkes No 32 Tahun 2017.
Instalasi dilengkapi dengan saluran air menggunakan standar SNI untuk memastikan keawetan dan kekuatan dari seluruh komponen air serta memastikan ketahanan, keamanan dan keawetan.
Material mudah di dapat agar warga bisa mengaplikasikan secara mandiri.
Di samping Gama Rain Filter, warga bisa melakukan secara manual dengan menggunakan bahan-bahan rumah tangga seperti ember, bak, drum (tong), galon, jerigen untuk menampung air hujan.
Prosedurnya, lewatkan dulu hujan awal selama 10-15 menit agar polutan (debu, kotoran, bangkai, ranting, daun) di media atap (talang) yang di lewati ikut larut terbuang dulu.
Baru kemudian air hujan ditampung dengan men-filternya dengan kain warna putih dan dacron (filter aquarium). Hal ini dilakukan agar diketahui seberapa Kotor air hujan yang di tampung.
“Setelah itu wadah penampungan di tutup rapat-rapat dan simpan di tempat yang teduh, jauhkan dari sinar matahari agar tidak memunculkan lumut,” ungkap Ning sapaan dari Sri Wahyuningsih, Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening, yang ada di Sleman, Yogyakarta.
Respon positif disampaikan warga dan semua yang hadir dalam pelatihan dan praktek pengelolaan air hujan selama 2 hari ini.
Mereka bergotong Royong bahu-membahu mulai dari membelah pipa untuk talang yang dialiri air hujan sampai membuat dudukan dari kayu-kayu yang disediakan oleh Kasimin sebagai Kepala Desa.
Training of Trainers (ToT) diKomandoi oleh Manusia Kencleng Cak Jie Soerabaja sapaan AJ. Purwanto yang tidak asing di dunia petualangan, pecinta alam, volunteer kebencanaan, pelaku mitigasi konservasi lingkungan.
“Mari sama-sama belajar menjadikan alam semesta adalah “Ibu Bumi, Bapa Angkasa”. Dengan melestarikan alam, alam akan memberikan segala-galanya dengan selaras budaya jangan sampai di tinggalkan,” papar dia.
“Semoga warga Desa Tunjungseto menjadi tauladan bagi desa-desa lainnya di bawa Kecamatan Kutowinangun untuk menjadi agen perubahan penyeimbang agar kelak generasi keturunan tidak merasakan krisis air bersih dampak krisis iklim hidrometeorologi. Saatnya air hujan kita kembalikan marwahnya sebagai air kehidupan, air suci, dan murni menyehatkan. Ngombe Banyu Udan ben Ora Edan,” tandasnya.
Laporan: Sabilillah