Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Setelah ramai dikritik karena pembengkakan anggaran untuk akomodasi kepentingan kabinet gembrot Prabowo, publik juga mengkritik acara Retreat di Magelang, yang bertentangan dengan semangat penghematan anggaran. Acara 3 hari di Akmil Magelang ini, sejatinya lebih mirip kegiatan seremonial, yang sebelumnya dikritik oleh Prabowo dalam sidang paripurna kabinet yang perdana.
Retreat dengan melakukan kunjungan ke Akmil Magelang, tidak sejalan dengan perintah Prabowo agar mengurangi kegiatan kunjungan, seminar atau sarasehan yang hanya bersifat seremonial. Kalaupun tetap ingin dilakukan, kegiatan ini bisa dilakukan di Jakarta. Belakangan, karena derasnya kritik publik pada agenda retreat ini, kabinet Prabowo berusaha membela diri.
Melalui Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding, mengungkapkan bahwa Prabowo Subianto membiayai kegiatan retreat Kabinet Merah Putih di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, dengan uang pribadi.
“Pak Prabowo yang membiayainya sendiri,” kata Karding (27/10).
Pernyataan ini terlihat aneh, karena tidak mungkin kegiatan resmi negara, dilakukan oleh kepala negara dan para menteri bawahannya, dengan menggunakan fasilitas negara (pesawat Hercules dan pesawat Kepresidenan), diklaim tidak menggunakan anggaran negara. Lantas darimana, bahan bakar pesawat dan pilot yang mengantar presiden dan para menteri? Siapa yang menggaji para tentara dan pejabat yang terlibat?
Kalau mau diklaim biaya pribadi, sebutkan secara rinci. Misalnya, biaya makan, sewa musik dan tenda. Selebihnya, fasilitas dan sarana yang diberikan negara, ya pasti menggunakan anggaran negara, dari APBN.
Lagipula, agenda Retreat ke Akmil Magelang adalah agenda resmi negara. Bukan acara pribadi keluarga Prabowo.
Beda kasusnya, misalnya keluarga Prabowo berlibur ke Magelang. Ada tuduhan, memanfaatkan anggaran negara, lalu Prabowo mengklarifikasi itu dari kocek pribadi.
Lah ini acara resmi negara. Karding lebih mirip menjadi buzzer, bukan menteri, ketika menyatakan acara Retret di Akmil menggunakan uang pribadi Prabowo, alasannya:
Pertama, bukan tupoksi Karding menjelaskan hal itu. Semestinya, Setneg yang menyampaikan kalau benar acara itu dibiayai dari kocek pribadi. Karding urusannya terkait pekerja, bukan urusan rumah tangga Presiden.
Kedua, acara resmi pejabat negara harus diambil dari uang negara, tidak boleh yang pribadi. Ini untuk menjaga akuntabilitas kinerja dan anggaran. Tidak boleh bermain citra dengan kegiatan negara, dengan merogoh kocek pribadi.
Ketiga, keluaran atau output dari aktivitas Retret, yang disebut untuk meningkatkan disiplin dan loyalitas menteri kepada negara, juga harus dilaksanakan dengan disiplin alokasi anggaran. Karena manfaat acara untuk negara, maka anggaran harus terjaga akuntabilitasnya. Tidak bisa main rogoh kocek pribadi.
Entahlah, makin kesini saya makin kurang percaya pada komitmen yang diunggah kabinet Prabowo kepada rakyat. Makin kesini, kabinet Prabowo ini lebih mirip kabinet Jokowi yang salah satu ciri khasnya adalah terlalu banyak pencitraan.
[***]