NEW NORMAL menjadi sebuah keniscayaan bagi masyarakat. Kondisi inipun menjadi sebuah referensi protokol bagi pola hidup dan cara baru masyarakat dalam menjalani kehidupannya ke depan. Belum bisa dipastikan kapan Pandemi Covid-19 ini akan berakhir?
Temporer ataukah permanen? Terminologi waktu ini bisa menjadi basis bagi tinjauan atas sebuah tatanan dari segenap pihak dalam menyusun berbagai skema aktifitas di berbagai bidang.
Tentunya, inipun akan berdampak ke berbagai infrastruktur kehidupan daerah, bahkan negara sekalipun.
Dalam lingkup perkotaan, bisa dipastikan, kota akan terdorong ke situasi perubahan yang signifikan, menggeser pola lama ke sebuah inovasi baru dalam pengelolaannya.
Produktifitasnya, bisa jadi akan sangat dipengaruhi oleh maksimalisasi penggunaan teknologi digital sebagai “template” penghubung bagi berputarnya arus kegiatan transaksi ekonomi hingga pembelajaran pendidikan bahkan fasilitas interaktif di pelbagai struktur pemerintahan.
New normal mengedepankan keselamatan warga kota sebagai basis rujukan di setiap aktifitasnya. Pun selaras dengan itu, produktifitas sendi kehidupan kota harus mampu terjaga dan terus berjalan.
Karenanya, pemerintahan kota perlu mengimplementasikan berbagai strategi dan inovasi di berbagai fungsi dan lini unit pemeritahannya. Sebuah layanan baru bagi masyarakat kota berbasis protokol kesehatan harus didesain dan diterapkan secara berkesinambungan guna menyesuaikan pola dan kondisinya saat ini.
Memasuki fase new normal, pemerintahan kota perlu mengubah kembali rencana strategis perkotaan dari sebelumnya. Adaptasi kebiasaan baru menjadi mandatory yang perlu dimasukkan ke dalam setiap rencana penataan dan pengembangan kota.
Pergeseran-pergeseran rencana bahkan terobosan atas munculnya sesuatu” yang baru, sangat dimungkinkan.
Dalam konteks Kota Depok, new normal harus bisa melahirkan new city. Kota, dikelola kemajuannya, dengan memaksimalkan sejumlah daya dukung yang dimilikinya.
Pelayanan Kota, berorientasi kepada Kota Baru yang berbudaya baru. Virtualisasi atas segenap layanan bisa menjadi opsi salahsatunya. Meminimalisasi interaksi fisik dan keramaian (kerumunan) warga kota tanpa harus menanggalkan kebutuhannya.
New city bisa pula mengubah infrastruktur fisik perkotaan. Dalam konteks masa depan, tata ruang kota ditata ulang peruntukkannya.
Bahkan, kondisi eksisting kini, bisa saja harus diperbaharui lagi guna memenuhi standar protokol kesehatan yang ada. Demikian halnya untuk berbagai bidang perkotaan lainnya aktifitas ekonomi, sosial budaya serta keagmaan.
Implementasi new city, penting untuk dipahami.
Sebuah kerja besar yang memerlukan partisipasi seluruh warga kota dalam mengubahnya. Kehadiran perencana-perencana daerah” akan sangat membantu dalam mewujudkannya.
Oleh Koordinator Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) Depok, Jawa Barat, Khamid Wijaya