‪SEJAK menerima telpon dari Menteri Luar Negeri Hassan Wirayudha dan diperkuat oleh protokol kepresidenan RI, Siti Fadilah langsung bersiap diri. Ia berdandan sesempurna mungkin. Mengenakan pakaian tradisional kebaya untuk menonjolkan ke-Indonesia-annya. ‬
‪Selaku Menteri Kesehatan, Siti Fadilah akan menjadi tuan rumah sekaligus pendamping Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton. Mantan First Lady itu dijadwalkan mengunjungi sebuah kantor Posyandu di Jakarta, salah satu proyek Kementerian Kesehatan. ‬
‪Tapi yang terjadi, selama hampir seharian penuh, Siti Fadilah hanya menunggu, menunggu dan menunggu. Penantiannya sia-sia. Dia tidak jadi ke kantor Posyandu dan membiarkan tamu dari Washington, Menlu Amerika Serikat sendirian, hanya didampingi oleh pejabat RI yang tidak setingkat Menteri. ‬
‪Protokol Negara yang seharusnya memberi tahu, tidak mengabarinya sama sekali. Sehingga terjadilah sebuah acara unik. Menlu AS melakukan “blusukan” ke sebuah proyek kementerian kesehatan di sebuah negara asing, tanpa didampingi menteri tuan rumah. ‬
‪Terjadilah sebuah “diplomatic incident” antara RI-AS. Sebab Menlu Hillary Clinton merasa ‘dipermainkan’. Dia tidak diberi tahu bahwa Menkes Siti Fadilah tidak bisa hadir di acara tersebut. Padahal jauh sebelum ke Indonesia, Hillary dan Siti Fadilah sudah melakukan percakapan telepon. Hillary Clinton, pulang ke Washington dengan memendam kekecewaan. ‬
‪Presiden Barack Obama yang menerima laporan itu, ikut tersinggung. Obama merasa proyek diplomasinya disabot Menteri Indonesia, anak buah Presiden SBY. Kedatangan Menlu Clinton ke Indonesia pada awal-awal pemerintahan Obama (2008 – 2016), merupakan bagian dari diplomasi baru Amerika Serikat dengan Dunia Islam. ‬
‪Sebelum itu, Obama sudah ke Mesir menyampaikan misi dan visinya tentang perlunya hubungan baru antara AS dan Dunai Islam dengan paradigma baru. Presiden AS yang pernah menghabiskan waktu beberapa tahun di sebuah Sekolah Dasar di Jakarta, akibat kejadian itu, bersikap. Setelah kejadian tersebut, Obama menghindari pertemuannya dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di fora-fora internasional, seperti G-20 dan APEC. Kalau masih boleh menghindar, jangan pernah terjadi pertemuan kenegaraan empat mata. ‬
‪Mengapa Menlu AS merasa penting bertemu dengan Menkes RI? Cerita lengkapnya tertuang di buku tentang Diplomasi Siti Fadilah dalam melawan “War by Proxy” yang dijalankan Presiden AS George Bush junior. Bush memerintah AS selama 2000 – 2008. ‬
‪”War by Proxy” itu tidak melumpuhkan Indonesia melalui perang dengan senjata. Tetapi melalui penyakit dalam bentuk penyebaran virus. Makin banyak orang Indonesia yang menderita penyakit, makin banyak manusia yang tidak produktif dan belanja uang yang dibutuhkan pemerintah membeli obat buatan farmasi Amerika Serikat, membengkak.‬
‪Buku yang akan diterbitkan oleh penerbit Australia itu, banyak mengungkap kisah perjuangan Menteri Kesehatan Siti Fadilah di era Kabinet Presiden SBY 2004-2009. Perjuangannya cukup banyak. Dan perjuangan itu di antaranya berisi berbagai kebijakan yang membuat dunia sadar begitu jahatnya pemerintahan Partai Republik di Amerika Serikat. ‬
‪Hillary Clinton dan Barack Obama berasal dari Partai Demokrat musuh utama Partai Republik. Seperti diplomasi Siti Fadilah di WHO (Organisasi Keehatan Sedunia) yang bermarkas di Jenewa, Swiss. Di forum tersebut, Menteri Siti Fadilah berhasil membuka mata dunia bahwa banyak penyakit baru yang menyerang umat manusia sengaja diciptakan. ‬
‪Kemudian perusahaan farmasi tertentu menciptakan obat sebagai pembasmi atas penyakit yang sengaja diciptakan itu. Dengan cara itu, banyak negara di dunia harus membelanjakan uang yang cukup besar bagi pembelian obat-obat anti penyakit baru tersebut. Flu burung merupakan salah satu di antaranya. ‬
‪Buku ini mengungkap bahwa Siti Fadilah-lah merupakan satu-satunya pejabat tinggi RI yang berani menentang kehadiran proyek penelitian Amerika Serikat di Indonesia, melalui kapal riset NAMRU. Padahal proyek tersebut dikucuri dana sebesar tidak kurang dari Rp. 3,- triliun per tahun. Dari dana sebanyak itu, Menteri Siti Fadilah bisa menelusuri siapa saja petinggi Indonesia yang kecipratan. ‬
‪Beberapa minggu sebelum mengakhiri jabatannya pada Oktober 2009, Siti Fadilah akhirnya menutup NAMRU. Penutupan mana membuat elit di AS khususnya dari Partai Republik sangat marah. Sebagai penulis dari buku Diplomasi Siti Fadilah, saya tidak terlalu terkejut mendengar bekas Menteri Kesehatan RI ini harus berurusan dengan KPK. Sebab sudah sejak lama dia diincer. ‬
‪Semasa menjadi Menteri Kesehatan, dia sudah diincar oleh penembak bayaran. Tetapi rencana itu menurut Ibu Siti berhasil diungkap oleh Kepala BIN, Syamsir Siregar. Masih cerita Ibu Siti Fadilah yang tertuang di bukunya, begitu dia melepas jabatannya di Kementerian Kesehatan, sudah muncul berbagai ancaman. ‬
‪Ancaman itu mulai terasa benar-benar sedang dilakukan, ketika sebagai mantan Menkes, dia dijadikan saksi atas sejumlah perkara korupsi yang melibatkan Sekjen Kementerian Kesehatan. Siti Fadilah hanya sebagai saksi. Tetapi karena harus menjadi saksi di perkara 7 atau 10 kasus, maka hampir berkali-kali dia tampil di persidangan Tipikor. ‬
‪Saking seringnya tampil di sidang Tipikor, muncul kesan bahwa Siti Fadilah sebetulnya seorang tersangka. Kini, setelah 10 tahun menjadi saksi, Siti Fadilah menjadi tersangka dan itulah yang digugatnya melalui Pra Peradilan. ‬
‪Judul tulisan di atas, salah-salah bisa membingungkan pembaca. Tapi logika dan sejarah kehidupan mantan Menkes itu memang kurang lebih demikian. Suaminya sendiri, sudah lebih dulu meninggal, tatkala dia masih menjabat sebagai Menkes. ‬
‪”Saya tetap meyakini, suaminya saya dibunuh secara gaib”, kata Siti Fadilah, manakalah interview penyusunan buku itu dilakukan. ‬
‪Semoga saja Hillary Clinton menjadi Presiden AS dalam Pemilu 8 November 2016. Kalau Clinton mendengar sahabatnya tersangka KPK, boleh jadi Clinton akan terkejut. Tapi kalau dia diingatkan kembali akan sabotase acara pertemuannya di Jakarta dengan Siti Fadilah, bisa jadi ia akan sadar adanya sabotase baru dalam bentuk konspirasi. ‬
‪Mungkin kecurigaan bahwa ada konspirasi yang mau menghancurkan Siti Fadilah, makin lebih dipercaya oleh Clinton. Jejaring jahat dari elit Partai Republik di Indonesia, ternyata masih menancapkan kukuhnya. Sebuah konspirasi yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, tetapi bisa dirasakan dengan instuisi dan kepekaan. ‬
‪Oleh Derek Manangka, Jurnalis Senior‬