KedaiPena.Com – Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi berbagai tatanan kehidupan. Salah satunya sektor pariwisata, yang terkena dampak besar akibat adanya Covid-19.
Rahman Mukhlis, Sekjen Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) mengatakan, hampir satu tahun industri pariwisata di Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal ini ditandai dengan berbagai destinasi pariwisata yang ditutup.
“Hal tersebut kemudian mempengaruhi juga perekonomian para pelaku industri pariwisata di Indonesia,” lanjut Rahman.
Untuk itu, dalam rangka re-aktivasi industri pariwisata, diperlukan suatu pedoman bagi para pelaku pariwisata agar dapat menjalankan kembali aktivitas industri sesuai aturan dan adaptasi kebiasaan baru yang berlaku (‘new normal’).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selaku pemangku kepentingan di sektor pariwisata nasional bekerjasama dengan pelaku wisata pendakian gunung dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) dan Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) telah menyusun protokol kesehatan.
Termasuk juga menyusun panduan pelaksanaan CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability/kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan) wisata pendakian gunung.
“Proses penyusunannya ini telah dimulai di masa-masa awal Pandemi Covid-19, pada bulan Mei 2020, kemudian telah dilakukan uji coba lapangan di Gunung Cikuray Jawa Barat pada Juli 2020 dan Gunung Papandayan Jawa Barat Agustus 2020,” jelas Rahman.
Setelah itu dokumen CHSE Wisata Gunung telah di-review kembali oleh Kemenparekraf dan tim penyusun , hingga kemudian telah ditetapkan sebagai Panduan CHSE Wisata Pendakian Gunung pada bulan Oktober 2020.
Pada bulan November 2020, dalam rangka aktivasi kembali industri wisata pendakian gunung, Kemenparekraf melanjutkan program CHSE tersebut, dengan melakukan Sosialisasi CHSE Wisata Pendakian Gunung di 3 destinasi berbeda yaitu, di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jawa Timur pada 25-26 November 2020, di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah pada 28-29 November 2020 dan di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat pada 29-30 November 2020.
“Sosialisasi ini dilaksanakan selama 2 hari dimana hari pertama dilakukan kegiatan di dalam ruang dan hari kedua simulasi wisata pendakian gunung di luar ruang. Kegiatan ini masing-masing diikuti oleh 30 peserta dari para pemangku kepentingan wisata pendakian gunung,” Rahman menjelaskan.
“Di antaranya, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pengelola Wisata Gunung dari Taman Nasional, BPBD, Basarda, Gugus Tugas Covid-19, Dinas Kesehatan, Asosiasi/Federasi, Operator Wisata Pendakian Gunung, Pemandu Wisata Gunung, Porter, Kelompok Pendaki Gunung dan Masyarakat sekitar destinasi wisata pendakian gunung,” sambung dia.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong motivasi para pelaku pariwisata untuk menggeliatkan kembali industri pariwisata yang redup karena pandemi Covid-19. Selanjutnya, setelah kegiatan sosialisasi ini, para pelaku pariwisata agar mempersiapkan diri memahami panduannya, membuat serta menjalankan standar operasional prosedur aktivitas pariwisata di masa pandemi Covid-19.
“Semoga Panduan CHSE Wisata Gunung ini dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan terkait dalam industri wisata gunung, agar dapat melaksanakan kembali wisata pendakian gunung yang mengutamakan layanan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan,” tandas anggota Tim Penyusun CHSE Wisata Pendakian Gunung ini.
Laporan: Muhammad Lutfi