KedaiPena.Com – Negara-negara maju didirikan di atas nilai-nilai pendidikan yang mengakar pada sejarah bangsanya sendiri, dengan mengadopsi tekhnologi dan modernitas. Bukan di atas spekulasi atau uji coba.
“Para pendiri bangsa kita kebanyakan pendidik (guru). Mereka tidak anti Barat (modernitas). Tapi sangat anti kolonialisme Barat,” kata pemerhati sejarah yang juga wartawan senior, Arief Gunawan, dalam percakapan dengan Kedai Pena, di Jakarta, hari ini (Minggu, 26/7/2020).
Arief menunjuk contoh Suwardi Suryaningrat pendiri Taman Siswa yang juga Bapak Pendidikan Nasional mengenyam pendidikan Barat (Belanda), namun mengutamakan patriotisme cinta tanah air dan kebangsaan.
Pendidik (guru) adalah salah satu profesi yang dipilih oleh para pendiri bangsa untuk mencerdaskan rakyat. Profesi guru merupakan sarana perjuangan dengan pengabdian mendidik rakyat.
“Saya meragukan Nadiem Makarim apa punya penghayatan terhadap nilai-nilai sejarah seperti ini,” kata Arief.
Menurutnya, kualitas pendidikan nasional saat ini rusak akibat tidak adanya terobosan yang seharusnya dilakukan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Padahal dengan anggaran pendidikan mencapai ratusan triliun setiap tahun Nadiem mestinya melakukan program-program yang efektif di tengah pandemik Covid-19 saat ini.
Menurutnya, visi Nadiem tidak jelas. Saat selesai dilantik jadi Mendikbud, Oktober tahun lalu, Nadiem sesumbar dirinya lebih mengerti masa depan, sehingga mengesankan tau apa yang terbaik untuk pendidikan nasional.
“Dia sekarang seperti ngumpet. Membuktikan bahwa passion-nya wiraswastawan, bukan pendidik” ujar Arief.
Karena itu Arief menyarankan Nadiem sebaiknya mundur dari jabatan Mendikbud. Apalagi Nadiem masih muda, jangan membuang waktu, dan lebih cocok fokus meneruskan karir sebagai pengusaha (wiraswastawan). Siapa tahu kelak bisa diharapkan mampu bersaing atau melawan dominasi para taipan yang menguasai perekonomian negeri ini.
“Jadi pengusaha patriotik yang membela kepentingan rakyat jelata mungkin dia lebih cocok,” tandas Arief yang juga pengasuh podcast Kaca Sejarah, Kedai Pena itu.
Laporan: Muhammad Lutfi