KedaiPena.Com – Jelang Pilkada Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) tahun 2020 nanti, sejumlah tokoh sudah mulai bermunculan meramaikan bursa bakal calon walikota.
Aktivis anti korupsi ICW Ade Irawan, anggota DPRD Tangsel Siti Chadijah, Wakil Walikota Tangsel Benjamin Davnie hingga komedian Nardji dikabarkan siap maju di Pilkada Tangsel.
Dibutuhkan sosok yang mampu meneruskan kepemimpinan di Tangsel pasca Airin Rachmi Diany yang sudah dua periode memimpin Kota Tangerang Selatan.
Namun saat ini tokoh-tokoh Tangsel yang menyatakan diri sebagai calon walikota kualitasnya masih rata-rata, belum ada satupun yang istimewa.
Hal itu dikatakan Dodi Prasetya Azhari SH Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB).
Menurutnya, kualitas rata-rata yang dimaksud artinya masih standar belum memiliki reputasi karir dan rekam jejak yang membanggakan bagi warga kota.
Apalagi yang sesuai atau seimbang dengan tuntutan kualitas sumber daya manusia warga Kota Tangsel.
“Mereka yang sudah mulai muncul mayoritas datang dan berkarir di birokrasi, partai politik, ormas, yang selama ini belum memperlihatkan jiwa pembaharuan atau mewakili harapan dan gebrakan pemikiran serta visi yang kuat tentang pembangunan kota,” ungkap Dodi kepada KedaiPena.Com, Senin (17/6/2019).
Tangsel memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan daerah di Banten lainnya karena sebagian wilayah Tangsel adalah wilayah urban dan dekat sekali dengan Jakarta. Tangsel juga berperan sebagai kota penyangga ibukota.
Optimalisasi fungsi sebagai kota penyangga itu harus menjadi prioritas pemerintah kota. Tidak bisa dipungkiri Tangerang Selatan adalah satelit dari Jakarta.
Kota ini tumbuh pesat karena pertumbuhan pesat yang tidak bisa ditampung lagi oleh Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah yang akan datang tidak perlu muluk-muluk merencanakan kota.
“Kembalikan saja fungsinya sebagai penyangga Jakarta, tetapi tentu dengan konsep dan pelaksanaan yang profesional,” ujar alumni Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini.
Para pekerja di Jakarta membutuhkan Tangsel sebagai tempat tinggal. Sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk bekerja di Jakarta. Mereka ada di rumah saat malam dan hari libur.
“Akan tetapi, seluruh kebutuhan dasar akan mereka cari di Tangerang Selatan. Oleh karena itu, semua pelayanan publik harus direformasi agar profesional dan dapat berdampak positif bagi masyarakat,” tandas dia.
Laporan: Andre Pradana