KedaiPena.com – Kesiapan Muhammadiyah untuk berkontribusi aktif dalam transformasi sistem kesehatan di Indonesia, bukan hanya omongan belaka. Dari lima pilar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Muhammadiyah mampu memenuhi semuanya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan Muhammadiyah siap mendukung transformasi sistem kesehatan yang menjadi agenda Kementerian Kesehatan.
“Dengan menandatangani MoU, artinya Muhammadiyah siap bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mengembangkan semua Rumah Sakit Muhammadiyah untuk bertransformasi meningkatkan kesehatan masyarakat,” kata Haedar usai penandatanganan MoU dengan Kementerian Kesehatan, Selasa (3/1/2023).
Ia menyatakan, Muhammadiyah memiliki ekosistem kesehatan, berbasis organisasi dan sumber daya berkompeten untuk membantu mewujudkan transformasi sistem kesehatan di Indonesia.
“Caranya, dengan melaksanakan berbagai kerja sama, dengan Kementerian Kesehatan, yang bersifat program. Dan ini akan dikembangkan secara langsung baik melalui Muhammadiyah, Aisyiyah, maupun berbagai institusi yang ada di dalam Muhammadiyah,” tandasnya.
Sementara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan ada lima pilar transformasi sistem kesehatan dan Muhammadiyah memiliki kemampuan untuk menjadi bagian dari lima pilar tersebut.
“Pertama adalah transformasi layanan primer. Muhammadiyah punya 300 klinik di bawah naungan Aisyiyah, yang tersebar di berbagai daerah. Dalam layanan primer, yang paling dibutuhkan adalah langkah promotif dan preventif, yaitu mendidik masyarakat untuk dapat mencegah datangnya penyakit,” kata Budi.
Kedua, pilar transformasi layanan rujukan atau rumah sakit. Dengan sekitar 120 rumah sakit yang dimiliki Muhammadiyah, Kemenkes dapat bekerja sama untuk mendukung agar rumah sakit itu bisa memberikan akses dan kualitas layanan kesehatan di banyak daerah.
“Muhammadiyah juga memiliki rumah sakit keliling. Ini bisa kita kerjasamakan dan ini sangat membantu negara,” ucapnya.
Pilar ketiga ialah sistem ketahanan kesehatan, yang Muhammadiyah telah membuktikan kompetens-nya dengan hadirnya Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
“Saya ingin, cetak biru MCMD dapat digunakan sebagai sistem nasional,” ucapnya lagi.
Keempat yakni transformasi SDM kesehatan, dimana Muhammadiyah dapat terlibat aktif melalui 173 perguruan tinggi dan 12 fakultas kedokteran, yang dimiliki Muhammadiyah.
“Di tengah kurangnya tenaga kesehatan dokter, tentu keberadaan fakultas-fakultas tersebut sangat membantu. Apalagi, universitas dan rumah sakitnya telah terintegrasi. Ini satu nilai yang memudahkan kita nanti kalau mengembangkan integrasi universities base dengan college base,” kata Budi lebih lanjut.
Dan pilar terakhir adalah sistem teknologi kesehatan yang berkaitan dengan bioteknologi.
“Indonesia sekarang mulai memiliki modal yang cukup kuat dari sisi alam. Dan Muhammadiyah lengkap, ada RS-nya dan ada perguruan tingginya. Ini bisa dikerjasamakan agar bisa mensejajarkan posisi Indonesia di bidang bioteknologi,” pungkas Budi.
Laporan: Ranny Supusepa