KedaiPena.Com – Mudik merupakan bagian dari aktivitas spiritual bagi masyarakat. Karena dalam mudik, masyarakat bertemu keluarga, berziarah ke makam leluhur. Masyarakat juga dilingkupi rasa kangen, karena tahun lalu tidak bisa mudik.
Dalam sisi lain, masyarakat tertekan karena ekonomi sulit karena pandemi Covid-19. Dan jika dilihat dari perspektif psikologis, semacam ada frustasi sosial karena mudik dilarang.
“Seharusnya mudik bagian dari ekpresi kegembiraan, sebagai ekspresi bersyukur, orang itu mudik punya uang cukup, uang pas pasan yang penting mudik. Kita lihat lah, ada yang pakai kendaraan beroda dua, bawa anak satu sampai dua orang, ada yang naik bajai, ada yang naik truk. Jadi secara manusiawi, mudik itu sebetulnya hasrat mulia rakyat kecil yang ingin mengekspresikan kegembiraan,” kata pemerhati sejarah Arief Gunawan dalam podcast Kaca Sejarah, ditulis Senin (17/5/2021).
Mudik, merupakan bagian dari kultur kekeluargaan Indonesia yang cukup kuat. Arief pun menyebut istilah ‘mangan ora mangan yang penting kumpul’. Dan ini sebetulnya ungkapan yang berlaku umum buat semua suku bangsa yang ada di negeri ini.
Selain itu, ada hal yang menarik dalam masa pandemi seperti saat ini.di mana, banyak dari pemudik yang berasal dari Jakarta ini, umumnya pekerja sektor informal. Mereka merasakan sulitnya ekonomi. Mereka menganggap mudik sebagai solusi, dan mungkin sebagian mereka tidak akan balik lagi ke Jakarta.
“Yah akhirnya pilihannya tinggal di kampung. Karna kan ada keluarga yang bisa ikut nanggung ngasih makan,” papar wartawan senior ini.
Masyarakat pun menilai ada ketidakadilan dalam pelarangan mudik. Di satu sisi mudik dilarang, tetapi pemerintah malah menerima tenaga kerja asing asal Cina, dengan alasan mengurus proyek strategis nasional. Ini kemudian direspon masyarakat dalam tanda kutip melakukan pembangkangan sosial. Tercatat di beberapa titik seperti Bekasi dan Karawang, masyarakat tidak mengindahkan penyekatan mudik, malah mereka berkumpul menyebabkan kemacetan. Hingga akhirnya aparat mengalah dan pemudik melewati penyekatan tersebut.
“Ditambah lagi paradoks yang belum juga berhenti juga. Kita lihat juga dana bansos dikorupsi ya, kemudian ada dana distabilitas yang dicuri juga. Jadi memang ada akumulasi hingga akhirnya ada pembangkangan sosial,” jelas AG, sapaannya.
“Apalagi soal mudik ini, terjadi perubahan. Awalnya di perbolehkan karena vaksinasi sudah berjalan. Tapi kemudian, dianulir lagi dan kemudian mudik itu dilarang,” sambungnya.
AG kemudian mengutip omongan Tokoh Nasional Rizal Ramli bahwa pemerintah seharusnya berpikir ‘out of the box’. Karena bagaimanapun juga pemerintah harus memberikan sebuah stimulus yang kreatif, yang di luar dari kebiasaan tapi kemudian bisa berjalan beriringan antara penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Laporan: Muhammad Lutfi