KedaiPena.Com– Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengenang peran besar Buya Syafii sebagai tokoh Islam yang sederhana, moderat, dan selalu menggaungkan kebhinnekaan dan keindonesiaan. Hal tersebut disampaikan Basarah menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya satu tokoh moderat Buya Syafii Ma’arif, yang meninggal dunia pada Jumat (27/5/2022), pukul 10.00 WIB.
“Buya Syafii pantas dianggap sebagai salah satu guru bangsa karena peran-peran besar yang beliau dedikasikan kepada Bangsa Indonesia. Saya pernah bertemu beliau, bertukar pikiran, dan mendapatkan kesempatan menimba ilmu Islam dan kebangsaan dari almarhum. Pikiran pikiran beliau selalu berfokus pada bagaimana bangsa ini menjadi besar, kuat, dan terus bersatu di tengah perbedaan yang ada,” kata Ahmad Basarah hari ini.
Ahmad Basarah menilai Buya Syafii Maarif berhasil memimpin PP Muhammadiyah dengan membawa ormas Islam tersebut ke arah moderasi agama di Indonesia.
Ia mengatakan, tak mudah menemukan kembali tokoh pemikiran kebangsaan dan keindonesiaan dengan wawasan Pancasila seperti Buya Syafii.
“Bangsa Indonesia sebenarnya masih butuh sosok sosok guru bangsa yang bisa menjadi tempat belajar sekaligus mengingatkan bangsa ini jika dirasa ada yang melenceng dari cita-cita pendiri bangsa. Tugas generasi sekarang adalah bagaimana melanjutkan cita cita almarhum agar bangsa ini bisa menjadi bangsa mandiri dan maju dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegas Ahmad Basarah.
Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR menegaskan, bukan hanya bangsa Indonesia yang kehilangan tokoh asal Sumatera Barat yang pernah menjadi Ketua Umum ke-13 PP Muhammadiyah pada 1998 hingga 2005 ini, tapi juga dunia internasional.
Selama ini lelaki santun dan sederhana itu terkenal tidak pernah lelah menyatukan visi esoterisme Islam di kalangan para pemuka agama dalam kapasitasnya sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).
‘’Dunia Islam kehilangan beliau sama dengan saat bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI serta mantan ketua umum PBNU Abdurrahman Wahid, Nurcholis Madjid, Taufiq Kiemas atau tokoh besar lainnya. Jejak mereka semua bisa dilihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita,’’ jelas Ahmad Basarah.
Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) yang dekat dengan banyak tokoh Islam termasuk di Muhammadiyah itu menambahkan, Indonesia kesulitan dalam mencari orang yang bisa menyatukan agama dengan nasionalisme dalam konteks pemikiran dan tindakan.
“Tokoh ideal ini tidak mepertentangkan antara agama dan Pancasila atau sebaliknya Pancasila dan agama. Nah, Buya Syafii di mata saya adalah tokoh yang bisa melakukan peran itu,’’ tegas Ketua DPP PDI Perjuangan ini.
Buya Syafii, lanjut Ahmad Basara, sangat gamblang mengatakan Pancasila telah menjadi bagian inheren dari bangsa, menjadi perekat bangsa. Ia pernah berpendapat mengganti Pancasila berarti melumpuhkan sendi bangsa. Ia menerangkan, Pancasila perlu menjadi kukuh dan padu bangsa.
“Sebagai tokoh agama, Buya Syafii dengan tegas mengatakan negara Pancasila merupakan tujuan final yang hendak dicapai dan selalu mendukung nation-state. Buya pernah berpesan agar Pancasila jangan lagi dikhianati oleh siapa pun sehingga menjadi lumpuh dalam mengawal kemerdekaan bangsa. Jangan dibiarkan lagi tahun-tahun kemerdekaan ini berlalu dengan sia-sia. Indonesia terlalu mulia untuk dijadikan ajang pertarungan politik tuna adab dengan membenamkan Pancasila ke bawah debu sejarah! Itu yang pernah beliau katakan dan ini bisa jadi wasiat yang diamanatkan kepada seluruh anak bangsa, termasuk saya,” tandas Ahmad Basarah.
Laporan: Muhammad Hafidh