KedaiPena.com – Di hari kemerdekaan Indonesia yang ke 75 tahun ternyata masih terdapat daerah yang belum mendapatkan aliran listrik. Hal itu salah satunya terjadi di Kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Sejumlah mahasiswa dari himpunan Mahasiswa Serang (Hamas), HMI MPO cabang Serang, GMKI cabang Serang dan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ( HMTL) Universitas Banten Jaya yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Peduli Kabupaten Serang (KOMPETENS) mengadakan kegiatan refleksi kemerdekaan yang bertemakan ‘Pulau Tunda Dijajah Kegelapan’ di depan Pendopo Kabupaten Serang.
“Di usia 75 tahun Indonesia merdeka hari ini ternyata masih ada suatu daerah khususnya provinsi Banten di kabupaten Serang yakni di Pulau Tunda kecamatan Tirtayasa belum merasakan kemerdekaan seutuhnya,” ucap Ketua Umum dari Himpunan Mahasiswa Serang (Hamas) Busairi kepada KedaiPena.Com, Senin, (17/8/2020).
Busairi mengatakan, mahasiswa kabupaten Serang menyuarakan segala bentuk aspirasi untuk memperjuangkan masyarakat Pulau Tunda yang saat ini masih terjajah dalam kegelapan.
Menurutnya, Pulau Tunda pernah merasakan listrik hidup sampai 12 jam, akan tetapi semenjak mesin pembangkit listrik tenaga diesel dari hasil swadaya masyarakat mengalami kerusakan, mengakibatkan masyarakat tidak merasakannya listrik.
“Pulau Tunda dulu pernah ada listrik hidup sampai 12 jam, tetapi hari ini karena terkendala oleh mesin pembangkit listrik tenaga diesel yang sedang rusak sehingga masyarakat pulau tunda tidak merasakan listrik,” katanya
Selain itu, Busairi menjelaskan terkait pengibaran bendera merah putih setengah tiang dalam kegiatan refleksi kemerdekaan. Menurut dia hal itu mengartikan rasa belasungkawa atas ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat Pulau Tunda.
“Bendera setengah tiang itu merupakan sebuah bentuk belasungkawa atas ketidakpedulian dan kekecewaan kepada pemerintah pusat, provinsi Banten, serta pemerintah kabupaten Serang ini tidak memberikan perhatian khusus kepada masyarakat Pulau Tunda,” jelasnya
Ia berharap, kepada pemerintah agar dapat segera memberikan jawaban dan solusi yang kongkrit terkait permasalahan tersebut. Hal itu karena masyarakat Pulau Tunda mendapatkan kesulitan dalam melakukannya aktivitas pada malam hari karena terkendala oleh penerangan.
“Kita mengharapkan kepada pemerintah baik pemerintah kabupaten Serang, provinsi Banten bahkan pemerintah pusat untuk mendorong dan memberikan jawaban yang pasti serta memberikan solusi yang kongkrit kepada masyarakat. Karena saat ini sangat jelas masyarakat disana bahkan hampir setiap hari beberapa bulan lalu masyarakat melakukan aktivitasnya tanpa adanya aliran listrik,” tegas dia.
Terlebih lagi, kata dia, tidak adanya aliran listrik untuk pencahayaan pada malam hari di Pulau Tunda mengakibatkan para anak-anak melakukan aktivitas belajar dan mengaji di malam hari menggunakan lilin sebagai sumber cahaya.
“Sehingga masyarakat kesulitan untuk melakukan aktivitasnya di malam hari, seperti ketika masyarakat dalam kondisi sakit, dan bagaimana kondisi anak-anak kecil yang harus belajar dan mengaji, karena tidak ada aliran listrik mereka terpaksa menggunakan lilin untuk menjadi alat penerangannya,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi