KedaiPena.com – Tak ada yang berubah dari sistem politik Indonesia, paska reformasi. Sistem nepotisme yang dulu dikritik, nyatanya tetap ada di era saat ini. Walaupun dengan aturan main yang berbeda.
Pengamat Geopolitik Hendrajit menyebutkan ada yang menarik untuk dijadikan contoh, yakni era pemerintahan Deng Xiaoping, yang menerapkan memodernisasi masyarakat sosialis berwatak China.
“Jadi Deng itu bukan berdamai pada kapitalisme, imannya tetap pada sosialis. Artinya, sosialis itu dijadikan modern, dengan bertumpu pada modernisasi industri, pertanian, IPTEK dan pertahanan, bukan ekonomi. Yang dibangun adalah strategi kebudayaan, me-China-kan kembali komunis,” kata Hendrajit dalam acara bincang Jaya Suprana Show, dikutip Jumat (26/1/2024).
Dan yang lebih menarik adalah rekrutmen PKC, yang merupakan partai tunggal di China dilakukan secara meritokrasi.
“Berbeda dengan di Indonesia. Saat Pak Harto lengser, KKN itu tetap jalan terus. Hanya aturan mainnya berubah. Jika dulu Golkar 3 Jalur, sekarang kriteria dan koncoisme-nya tetap jalan. Kalau terjadi kasus di MK kemarin, ya itu titik kulminasi-nya, bentuk vulgarnya dari koncoisme. Tidak ada itu meritokrasi kayak di China,” ujarnya.
Jika memang ingin merubah sistem yang ada, Hendrajit menyatakan bahwa para pemimpin negeri ini harus lah memiliki visi dan misi yang konkret.
“Dalam momentum pencapresan ini, saya berharap ada perombakan pada orang-orang yang menyusun skema. Misalnya, di kementerian strategis atau yang terhubung langsung dengan presiden,” ujarnya lagi.
Selanjutnya, di level organ penggerak mesin, yaitu para direktur BUMN dan di level preman pembangunan, yaitu para politisi partai dan ormas juga harus di dekonstruksi ulang.
“Kalau kita mau berubah, para capres cawapres ini harus punya skema, strategi, dan rancang bangun untuk memandu perubahan. Misalnya, merevisi atau kalau perlu membuat yang baru agar lebih merujuk pada cita-cita negara yaitu mensejahterakan masyarakat dan keadilan bagi semua,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa