KedaiPena.com – Dalam upaya mitigasi perubahan iklim, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) bekerjasama dengan Ford Foundation untuk melakukan kerja terkait perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan perempuan dan remaja perempuan serta disabilitas.
Salah satu dampak yang bisa dirasakan dari perubahan iklim adalah pergeseran musim yang berdampak pada ketersediaan sumber air dan penurunan kualitas air.
Founder Sekolah Air Hujan, Sri Wahyuningsih, S.Ag,, yang dihadirkan sebagai pembicara, memberikan edukasi terkait pemahaman dan manfaat air hujan kepada para warga Kelurahan Pringgokusuman yang diadakan di Kelurahan Pringgokusuman, Jalan Letjen Suprapto no 84, Pringgokusuman, Gendong Tengen, Yogyakarta.
Dalam paparannya, Sri Wahyuningsih menyampaikan standar prosedur menampung air hujan secara manual agar masyarakat luas siap dan mandiri.
Seperti, paska kemarau panjang lewatkan hujan 2 sampai 3 kali hujan awal, pastikan polutan, kotoran di atap rumah sudah bersih dan mempersiapkan tempat atau wadah penampungan seperti, ember, panci, galon, gentong, drum/tong corong, kain penyaring dacron, gayung.
“Setelah dirasa atap bersih dari polutan, ketika hujan berikutnya tunggu 10 hingga 15 menit hujan untuk dilewatkan, baru setelah itu air hujan di tampung, di endapkan, kemudian di saring (filter) untuk di simpan di wadah yang tertutup rapat supaya tidak terkontaminasi atau masuknya hewan kecil misal nyamuk. Setelah itu, simpan di tempat yang teduh, yang tidak terkena sinar matahari,” kata Sri Wahyuningsih, dikutip Kamis (16/5/2024).
Usai paparan, terpantau banyak warga yang tertarik ingin melakukannya, karena pengujian air milik warga menunjukkan hasil TDS (Total Dissolved Solids) yanh sangat tinggi, yaitu di atas 100 ppm.
Masyarakat kaget mengetahui kenyataan bahwa air hujan yang selama ini diabaikan, memiliki hasil TDS yaitu 2 ppm.
“Semoga memberi manfaat dan keberkahan ilmu air hujan yang selama ini kita abaikan bahkan sampai menyalahkan bahwa banjir, tanah longsor di sebabkan air hujan. Semoga kita semua paham dan mengerti arti hidup yang sebagai pendatang, karena ada tamu-tamu selanjutnya (anak keturunan) dan penduduk bumi lainnya,” tandasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena